SOLOPOS.COM - Ilustrasi demonstrasi (JIBI/Solopos/Antara)

Aksi itu merupakan bagian dari aksi damai yang mereka gelar untuk menyampaikan petisi soal tata ruang di DIY.

 

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

 

Harianjogja.com, JOGJA-Seorang demonstran disemen hidup-hidup dalam aksi yang digelar Aliansi Masyarakat Peduli Tata Ruang Yogyakarta di halaman gedung DPRD DIY Senin (29/2/2016). Aksi itu merupakan bagian dari aksi damai yang mereka gelar untuk menyampaikan petisi soal tata ruang di DIY.

Dalam aksi manusia semen itu, seorang demonstran yang mengenakan pakaian pranakan dililit dengan pita bergambar uang dolar. Selanjutnya seniman dari PerformanceKlub yang berpakaian kemeja putih, celana kain dan sepatu pantofel membalur seluruh tubuh sosok itu dengan semen.

Koordinator aksi Harry Cahya menyebut aksi itu sebagai wujud kondisi DIY saat ini. Kekayaan budaya dalam bentuk ruang di DIY perlahan dikikis oleh berdirinya bangunan-bangunan batu yang menghilangkan keistimewaan DIY.

Bila tak segera bertindak, budaya dan konsep tata kota Jogja yang digagas Hamengku Buwono I dengan mengedepanakan hubungan manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia akan semakin hilang.

“Karya istimewa itu sekarang dimana bisa kita rasakan?” tanya Harry.

Harry menurutkan, saat ini kondisi darurat tata ruang di DIY sudah dirasakan oleh sebagian besar warga, terutama di Kota Jogja dan Sleman. Berdirinya hotel, apartemen dan mal dinilai tak sepadan dengan perluasan taman kota, Ruang Terbuka Hijau hingga ruang publik.

Bahkan menurutnya para investor sudah tak sungkan lagi untuk menabrak dan membongkar Bangunan Cagar Budaya yang mestinya diilindungi. Kondisi itu menurutnya sudah membuat DIY kehilangan jati diri dan visi.

Demonstrasi itu diikuti gabungan beberapa kelompok masyarakat, termasuk PKL Gondomanan, warga kampung Sosrokusuman, Paguyuban PKL Margo Utomo, aktivis dan pemerhati tata ruang serta mahasiswa. Mereka mengajuk petisi berisi sejumlah tuntutan kepada Pemerintah Daerah untuk merespons kondisi tanggap darurat tata ruang di DIY.

Seniman Ledjar Subroto yang bergabung dalam aksi itu mengatakan, salah satu wilayah yang mereka sebut berada dalam kondisi darurat berada di Sosrokusuman, kampung di sisi timur Malioboro. Di Sosrokusuman berdasarkan kliping koran berbahasa Belanda Soerabaiasch-Handelsblad yang terbit 22 Mei 1935 yang dimiliki Ledjar pernah ditemukan batuan candi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya