SOLOPOS.COM - Aktivitas penambangan pasir di Sungai Gendol lereng Merapi saat hujan. (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Kawasan hulu Sungai Gendol, masih menjadi daerah pertambangan pasir yang paling utama saat ini. Bagaimana kondisi para penambang jika tiba-tiba hujan deras mengguyur. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, Sunartono.

Langit tiba-tiba menghitam di kawasan Lereng Merapi. Diikuti angin yang bertiup kencang, hujan bakal segera tumpah ke bumi. Puluhan truk masih berjajar di mulut Sungai Gendol, mengular di sepanjang jalan Dusun Jambu, Desa Kepuhharjo, Cangkringan, Sleman, Selasa (26/11/2013).

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Truk-truk itu tengah menunggu giliran masuk ke sungai untuk mendapatkan pasokan pasir melalui alat berat yang beroperasi.

Di pinggiran mulut sungai dengan ketinggian lebih dari 50 meter dari dasar, tampak sejumlah orang membawa Handy Talkie (HT). Mereka saling bersahutan memberikan informasi cuaca antar pengelola tambang dan relawan desa setempat.

“Piye nduwur [bagaimana kondisi di atas],” ucap Partopo dengan menggenggam HT dan menaruh di dekat mulutnya guna menanyakan keadaan cuaca yang ada di kawasan terdekat puncak Merapi.

Tak lebih dari tiga menit dari Partopo yang juga relawan kampung itu berkomunikasi dengan rekannya melalui HT, hujan deras pun mengguyur.

Tiga menit kemudian air mulai masuk ke dalam sungai melalui jalur truk menuju sungai. Air itu mengikis sejumlah kerikil dan pasir dengan meninggalkan celah-celah kecil.

Seorang pengelola pertambangan tampak memacu motornya menerabas gundukan pasir menuju ke dasar sungai guna memberikan peringatan kewaspadaan. Tak kurang dari 20 truk berada di dasar sungai. Satu persatu truk pun berjibaku untuk ke naik ke atas sungai.

Sebagian ada yang sama sekali belum terisi. Sebagian lainnya ada yang terisi pasir. Kemudian diikuti dengan satu unit alat berat juga ikut naik ke atas sungai untuk mengantisipasi bahaya lahar hujan.

“Naik, naik, naik,” ucap seorang pengelola yang mengenakan jas hujan.

Belasan pekerja keras pencari batu juga ikut naik dari dasar sungai dengan berjalan kaki. Mereka tidak saja pria tapi juga wanita yang berumur sekitar 50 tahun. Tak kurang dari 10 menit kemudian, truk sudah naik dari dasar sungai dan alat berat pun terparkir di pinggiran mulut Sungai Gendol yang menyerupai cawan raksasa.

Kendati demikian, di bawah guyuran hujan sejumlah truk kembali berputar balik masuk ke dalam sungai. Tak terkecuali alat berat roda berantai besi itu juga perlahan ikut turun ke dasar sungai dengan “menenteng” saringan pasir terbuat dari besi.

Di dalam Sungai Gendol tampak ada aliran air tetapi menurut para penambang itu adalah banjir lokal biasa, bukan lahar hujan yang turun dari Puncak Merapi.

Para penambang berikut truk pasir pun kembali ke dasar sungai. Begitu setiap kali hujan turun dilakukan para penambang dan truk pasir untuk segera menyelamatkan diri sebagai antisipasi bahaya lahar hujan. “Cuma lokalan [hujan lokal],” kata Partopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya