SOLOPOS.COM - Foto kondisi kawah di Puncak Merapi usai letusan freatik 18 November 2013. (Dok BPPTKG)

Harianjogja.com, JOGJA- Berdasarkan dokumentasi yang diambil oleh Tim Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTTKG) letusan Gunung Merapi pada Senin (18/11/2013) mengakibatkan perubahan morfologi kubah lava atau sumbat lava.

Kubah lava retak melintang sepanjang 230 meter ke arah tenggara barat laut mengikuti buka-an kawah ke arah Sungai Gendol.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Retakan melintang itu tidak dengan lebar yang sama. Dari ujung menuju ke arah kawah Gendol itu, retakan terbuka menyempit lalu melebar dan menyempit kembali dengan maksimal lebar 50 meter.

BPTTKG mencatat kubah lava itu tercatat memiliki luasan 300 x 400 meter.

Akibat letusan itu, dinding lava sisa erupsi 1956 sebagian ikut runtuh. Puncak lava itu cukup kuat, karena biasanya oleh para pendaki digunakan untuk duduk sampai 50-60 orang. Di puncak itu, para pendaki biasanya juga memasang bendera.

Kepala BPTTKG Subandriyo mengatakan, letusan itu dalam skala 1 Volcanic Explosivity Index. Dalam skala itu, letusan membawa material satu juta meter/kubik dan tidak disertai dengan awan panas.

Dalam sejarah Merapi tua (8.000 tahun silam), Merapi pernah meletus dengan skala lima dengan pergerakan awan panas sampai radius 20-30 kilometer. Letusan itu menimbulkan kawah besar yang sekarang adalah Pasar Bubrah.

“Kondisi sekarang Merapi normal tidak ada perubahan status apapun,” ujarnya, dalam jumpa pers, Senin (25/11/2013).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya