SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Harianjogja.com, JOGJA– Untuk menghadapi Merapi yang tidak jelas, Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandriyo menyarankan agar warga tetap memperhatikan peringatan-peringatan dini dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Kearifan lokal yang sekarang ini mendarah daging di masyarakat lereng Merapi, menurut dia, sudah seharusnya adaptif dengan risiko ancaman yang tidak selalu sama di tiap siklus Merapi.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

“Kalau saya peringatan dini lebih didasarkan pada hasil data monitoring, meski tidak menafikan tokoh atau orang yang merespon sinya yang saya sebut metafisikasi, yang barangkali tidak terukur,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu(19/3/2014).

Perbaikan sarana dan prasarana untuk pemantauan aktivitas Merapi, lanjut dia, terus diawasinya. Setidaknya terdapat empat sampai lima kamera video outdoor yang dipasang di lereng Merapi, yang saat ini tidak dapat tersiar di masing- masing BPBD kota/kabupaten.

“Sementara kami perbaiki. Pengadaan akan kami ajukan ke Irjen SDM, karena harganya per unitnya cukup mahal sekitar Rp25-Rp30 juta,” ujarnya.

Ia mengatakan, usia kamera itu sudah cukup lama sekitar tiga tahun. Meski begitu, dengan kerusakan kamera itu tidak mempengaruhi sistem peringatan dini. Sebab, kamera video sifatnya cuma pelengkap.

Alat utama pemantauan aktivitas Merapi, seperti acoustic flow monitoring dan pengukur hujan dalam kondisi yang baik, tidak mengalami kerusakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya