Harian Jogja.com, SLEMAN—Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) belum akan merevisi peta kawasan rawan bencana di lereng Gunung Merapi, meskipun beberapa waktu lalu terjadi embusan dan hujan abu.
Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTTKG) Subandriyo, Senin (26/8/2013), mengatakan peta kawasan rawan bencana (KRB) yang ada saat ini menggambarkan tingkat kerawanan bahaya awan panas Merapi.
“Peta tersebut merupakan gambaran yang diakibatkan erupsi Merapi dalam kurun waktu seratus tahun terakhir,” katanya.
Menurut dia, meski beberapa kali terjadi embusan dan hujan abu, pihaknya tidak akan mengubah peta KRB. Sebab, hembusan tersebut sifatnya hanya sesaat saja.
“Embusan yang terjadi karena pengaruh curah hujan dan bukan merupakan letusan Merapi magmatis [erupsi besar]. Beberapa waktu lalu hanya erupsi kreatik [erupsi kecil],” katanya.
Ia mengatakan selama tidak ada erupsi yang melampui KRB yang sudah ditetapkan, pihaknya tidak akan mengubh peta wilayah rawan itu. “Sekarang status aktivitas Gunung Merapi aktif normal,” katanya.