SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penulisan aksara jawa di papan nama jalan langsung bertemu dengan Keluarga Alumni Sastra Jawa

 

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Harianjogja.com, JOGJA–Juru Bicara Keluarga Alumni Sastra Jawa Universitas Gadjah Mada (UGM), Paksi Raras Alit mengatakan setelah dirinya menulis postingan berjudul Koreksi Penulisan Aksara Jawa di Facebook, Selasa (10/10/2017), pihak-pihak terkait langsung memberikan respon untuk memperbaikinya.

Ia menyatakan, respon yang didapat setelah tulisan itu menyebar sangat cepat dan baik. Paksi menyatakan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penulisan aksara jawa di papan nama jalan langsung bertemu dengan Keluarga Alumni Sastra Jawa dan akan segera memulai pergantian.

“Semalam kami sudah bertemu, saat itu disepakati kami akan menjadi pihak yang membantu koreksi dan mereka akan langsung mulai mengganti dengan papan baru,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (11/10/2017).

Namun, ia menolak menyebutkan siapa pihak yang telah bertemu dengan dirinya dan teman-temannya. Menurutnya yang terpenting solusi dari permasalahan terkait salahnya penulisan aksara Jawa di berbagai papan nama jalan di Jogja sudah ditemukan.

Sebagai informasi, tulisan Paksi yang berjudul Koreksi Penulisan Bahasa Jawa berisi tentang rencana Keluarga Alumni Sastra Jawa UGM untuk mengirimkan catatan ke pihak terkait untuk melakukan koreksi atas penulisan aksara Jawa di papan-papan nama jalan di Jogja.

Namun ia pesimis hal tersebut bisa dilakukan karena organisasi alumni tersebut belum pernah terbentuk secara resmi.

Paksi melanjutkan, selain adanya komitmen untuk memperbaiki kesalahan tersebut, dalam pertemuan itu juga disepakati semacam aturan penuntun dalam membuat tulisan aksara Jawa. Menurutnya, selama ini banyak pihak yang bingung harus memakai aturan yang mana.

“Kami mencari jalan terbaik, akhirnya kami mix antara Paugeran Sriwedari, paugeran hasil Kongres Bahasa Jawa tahun 1996, 2000 dan 2016,” ucapnya.

Paksi mengatakan kebingungan terkait aturan tersebut merupakan salah satu alasan kenapa banyak penulisan yang salah. Alasan lain, sebutnya, adalah masalah teknis dan papan yang kurang panjang sehingga penulisan harus disingkat dan itu ternyata salah.

Apa yang disampaikan oleh Paksi dibenarkan dosen jurusan Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Budaya UGM, Bima Slamet Raharja. Ia mengatakan memang benar sudah ada solusi terkait masalah tersebut.

“Itu tanggung jawab bersama supaya tidak berlarut larut dan menimbulkan polemik, harus ada tindakann lah,” ucap Bima yang juga tergabung dalam Keluarga Alumni Sastra Jawa UGM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya