SOLOPOS.COM - Warga Dusun Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk berebut gunungan dari hasil bumi di acara tradisi rasulan. Foto diambil Senin (6/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Kampung Emas Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, tidak hanya terkenal dengan festival Dewi Sri. Selain sebagai kampung wisata, dusun tersebut terkenal teguh memegang tradisi leluhur.

Salah satunya tergambar dalam acara bersih dusun yang dilaksanakan setiap tahun. Saat acara itu digelar, masyarakat dusun mulai dari orang tua hingga anak-anak berkumpul untuk memperingati limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Ada cerita menarik dari penamaan Dusun Plumbungan. Sebab, pemberian nama tidak lepas dari kesuburan tanah di wilayah tersebut. Oleh orang dahulu, tempat ini dikenal sebagai lumbung padi.

Salah seorang pegiat wisata di Kampung Emas Plumbungan, Gunawan mengatakan, nama Plumbungan berasal dari kata lumbung. Oleh masyarakat, lumbung dikenal sebagai tempat menyimpan padi.

“Berdasarkan cerita turun temurun, pemberian nama dusun tidak lepas dari keberadaan lumbung padi,” kata Gunawan, saat ditemui di rumahnya di Dusun Plumbungan, Desa Putat, Jumat (17/10/2014).

Menurut dia, penamaan dusun tidak lepas dari kesuburan tanah di wilayah tersebut. Sebab, Dusun Plumbungan sejak dulu merupakan wilayah persawahan. Keberadaan sawah tersebut membuktikan daerah itu sebagai penghasil padi.

“Sentra penghasil padi yang pertama kali berada di sini. Tempat ini juga merupakan wilayah yang pertama kali memiliki lumbung padi,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dusun Plumbungan Sulistiyo menambahkan tidak ada yang tahu kapan nama
plumbungan diberikan. Hanya menurut dia, kemungkinan nama diberikan saat zaman pergerakan, atau sekitar 1930-an.

Sulistiyo menjelaskan pemberian nama plumbungan juga tidak lepas dari peran tokoh desa setempat yakni Mbah Santri. Menurut dia, Mbah Santri merupakan orang yang rajin dan getol menyiarkan Islam di wilayah itu.

Dulu rumah Mbah Santri juga tidak jauh dari lumbung padi. Sebab, kedua tempat itu saling bersebelahan. “Mungkin istilah plumbungan merupakan pemberian beliau. Malahan, sebagai bentuk penghormatan untuk peninggalan Mbah
Santri dibuatkan sebuah petilasan,” kata dia.

Sulis menjelaskan meski asal usul dusun dapat diketahui, namun pihaknya masih berusaha mencari letak lumbung padi itu.

“Kalau dulu, saya mendengar berada di pinggir desa. Tapi, seiring perkembangan zaman, tempat itu kini berada di tengah-tengah dusun. Nanti kalau sudah ketemu akan dibangun replika lubung,” paparnya.

Dia menjelaskan pencarian identitas tersebut salah satunya untuk mendukung potensi pariwisata di Dusun Plumbungan. Menurut Sulis, tiap tahun ada dua angenda penting, yakni festival Dewi Sri dan acara bersih dusun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya