SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Asuransi bodong harus diwaspadai saat kondisi ekonomi lemah seperti sekarang ini

Harianjogja.com, SLEMAN-Kondisi perekonomian global yang melemah pada 2015 membawa dampak pada bidang asuransi. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat, kegiatan asuransi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada caturwulan pertama 2016 mengalami penurunan.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

“Asuransi di Jogja caturwulan pertama 2016 sempat turun di bulan Maret. Prediksinya karena kondisi ekonomi yang  kurang bagus,” tegas Ketua AAUI DIY, Ade Body Satria, Minggu (17/4/2016).

Meski demikian pihaknya optimistis asuransi di DIY mampu bertumbuh lagi mulai caturwulan kedua hingga akhir tahun ini. “Pertumbuhanya kami targetkan paling tidak 15 persen,” ujarnya lagi.

Untuk mencapai target tersebut, AAUI bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkenalkan pada masyarakat tentang pentingnya berasuransi.

Dengan adanya OJK pula, lanjut Body, setidaknya ada wadah bagi masyarakat yang ingin tahu tentang asuransi yang bonafit dan resmi. Jangan sampai masyarakat justru terjebak dalam tawaran asuransi bodong.

Body mengatakan, kondisi perekonomian yang tidak stabil seperti 2015 lalu memang berpotensi memunculkan tawaran asuransi ataupun investasi bodong. Di tengah desakan ekonomi, ada oknum yang menghalalkan segala cara untuk mendapat uang. Oleh karena itu masyarakat perlu mewaspadai hal ini.

Ia menyebut, korban dari tindak asuransi sudah tidak hanya menyasar kalangan menengah. Melihat kasus 2015, Body menyebut tawaran bodong semacam ini sudah menyasar pada kalangan pejabat.

Menurutnya tawaran asuransi bodong ataupun investasi bodong memberikan tawaran yang tidak nalar karena memberi keuntungan melebihi rata-rata.

“Pelaku membaca peluang [ekonomi] yang tidak begitu bagus. Begitu pula masyarakatnya juga menginginkan keuntungan yang instan,” tuturnya.

Distric Manager Hanwha Life Ansurance area DIY Tri Haryanto menyampaikan, tawaran asuransi bodong dapat terdeteksi dari cara penyampaiannya. Biasanya, pelaku melakukan penawaran tidak secara tatap muka melainkan melalui telepon.

Ia menyarankan, untuk mengecek apakah sebuah asuransi resmi atau tidak, dapat ditanya identitas marketing yang sedang menyampaikan presentasi. “Sekarang [asuransi] banyak yang baru. Bisa ditanya identitas dan benderanya,” katanya.

Seperti Hanwha yang telah membekali para marketing tentang kemampuan menjawab pertanyaan masyarakat secara tepat, resmi dan tidaknya asuransi dapat dilihat dari cara marketing memenuhi kriteria tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya