SOLOPOS.COM - Ilustrasi jajanan anak sekolah (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Ilustrasi jajanan anak sekolah (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, JOGJA—Jajanan yang mengandung pengawet, perasa dan pewarna (3P) dapat mengakibatkan tulang anak menjadi keropos.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Tingkat kepadatan tulang anak di era sebelum 2000 berbeda dengan anak zaman sekarang. Menurut dokter Rumah Sakit Panti Rapih Lukas Asdi Yudiono, tulang anak di era ini rentan mengalami pengeroposan tulang.

Gaya hidup tidak sehat seperti tingkat stres tinggi, kebiasaan yang salah dan makanan yang banyak mengandung 3P disebutnya sebagai penyebab terbanyak.

“Pola makanan memiliki pengaruh besar. Karena anak-anak suka citarasa tinggi, penjual yang tidak bertanggung jawab tetapi ingin untung besar menambahkan zat tertentu pada makanan,” ujarnya saat ditemui di RS Panti Rapih pekan lalu.

Sebagai contoh, kata dia, penjual sengaja menambahkan borax pada jajanan seperti siomay agar lebih kenyal dan awet. Sementara, untuk menarik visual anak, pewarna pakaian yang berwarna mencolok atau unik juga ditambahkan.

Perasa makanan yang tidak standar, seperti perasa buah strawberry, anggur dan yang lain juga dibumbukan pada makanan.

Aneka zat berbahaya yang dikonsumsi secara berkala ini dapat berakumulasi dan mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Awalnya, kata dia, anak mengeluhkan rasa perih di perut yang berujung pada sakit maag.

Tanpa penanganan tepat dan kebiasaan yang tidak berubah, keluhan ini berujung pada gangguan pengeroposan tulang, pusing atau gangguan saraf otak hingga kemampuan daya konsetrasi yang berkurang.

“Selain isu 3P tadi, sekarang anak-anak itu kurang terpapar sinar matahari pagi,” imbuhnya.

Adapun seperti yang dipelajari selama ini, paparan sinar matahari pagi memiliki andil dalam membentuk tingkat kesehatan tulang anak.

Asdi menilai hal ini tidak terlepas dari tuntutan pendidikan anak yang semakin berat. Sebab anak zaman sekarang diwajibkan bangun pagi dan memulai aktivitas sekolah pada pukul 06.00 WIB. Agar dapat mencetak prestasi, anak juga dibebani aneka les dan baru sampai rumah setelah petang hari.

Kecanggihan teknologi, disebut dia juga memiliki peranan penting. Pasalnya teknologi yang semula diciptakan untuk membantu ini justru mengakibatkan manusia menjadi malas.

“Sekarang ada remote control, lift dan yang lain. Orang termasuk anak jadi malas bekerja, bekerja atau berolahraga yang mempengaruhi tingkat kesehatan,”tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya