Jogja
Minggu, 30 November 2014 - 18:15 WIB

Awas, Sawah di Pesisir Selatan Bantul Terancam Banjir

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sawah terendam banjir. (JIBI/Solopos/Dok.)

Harianjogja.com, BANTUL- Puluhan hektare lahan pertanian di pesisir selatan Bantul terancam banjir. Memasuki musim hujan yang berlangsung hingga 2015.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Parangtritis, Kretek, Bantul Kadiso menyatakan, tercatat sebanyak 20 hektare lahan pertanian yang terancam banjir. Kondisi geografis Desa Parangtritis yang berada di pesisir selatan dengan dataran rendah menyebabkan wilayah ini rawan bencana.

Advertisement

“Karena dataran rendah, sementara dari timur itu gunung, jadi air turun dari gunung masuknya ke lahan warga,” ungkap Kadiso Jumat (28/11/2014).

Saat ini puluhan hektare lahan warga sebagian ditanami cabai merah lainnya padi. Padahal tanaman cabai sangat rentan terhadap banjir.

Pada 2010, sebanyak 60 hektare tanaman cabai dan bawang merah di desa ini gagal panen akibat tergenang banjir. Banjir bahkan terjadi dua kali dalam setahun. Yaitu pada Mei dan September.

Advertisement

Kondisi itu berulang pada 2011. Sebanyak 60 hektare lahan tergenang air. “Hanya saja pada 2011, banjir hanya sekali,” paparnya. Guna mengantisipasi banjir tahun ini, petani saat ini mulai memperbaiki saluran pembuang air yang berujung ke laut selatan. Agar air mengalir lancar.

Terpisah, Kepala Dusun Tegalrejo, Srigading Sanden, Junarto menuturkan, banjir juga mengancam persawahan di Desa Srigading yang berada dekat dengan laut selatan. Dataran rendah ditambah lokasi yang berada paling selatan menyebabkan wilayah ini rawan banjir.

“Wilayah selatan ini menampung air dari utara. Kalau Sungai Winongo enggak kuat menampung air, pasti meluap ke lahan warga,” jelasnya.

Advertisement

Ancaman banjir juga datang dari muara Sungai Opak. Bila muara sungai buntu akibat tertutup pasir, maka air Sungai Opak akan meluap ke lahan warga. Di Tegalrejo, tercatat sekitar 30 hektare lahan yang rawan banjir.

Petani beradaptasi terhadap banjir dengan mulai memperbanyak tanaman padi. “Kalau padi relatif lebih tahan air daripada tanaman cabai atau bawang merah,” tuturnya.

Curah hujan tinggi pemicu banjir diprediksi terjadi mulai Desember hingga Januari. Untuk saat ini, Junarto mengklaim hujan yang mengguyur Bantul masih wajar karena air masih mampu ditampung Sungai Winongo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif