Jogja
Selasa, 28 November 2017 - 20:40 WIB

BADAI CEMPAKA : Dampak Banjir Gunungkidul Terparah Sejak 1984

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah warga berusaha melintasi banjir untuk mengevakuasi barang-barang di rumah mereka yang terendam banjir akibat luapan Sungai Oya di Dusun Bunder, Bunder, Patuk pada Selasa (28/11/2017). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Hujan deras berujung banjir merusak berbagai infrastruktur di Gunungkidul.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-– Hujan yang menguyur wilayah Gunungkidul sejak Senin (27/11/2017) hingga Selasa (28/11/2017) membuat ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian lutut kaki orang dewasa hingga satu setengah meter. Selain itu, banjir juga mengakibatkan sejumlah fasilitas rusak mulai dari sekolah hingga jembatan terputus.

Advertisement

Data yang dihimpun Harianjogja.com, banjir terjadi di sejumlah wilayah mulai dari kecamatan Semanu, Tanjungsari, Wonosari, Nglipar hingga Tepus. Mayoritas lokasi yang terendam berada di sepanjang aliran Sungai Oya yang melintas di di wilayah Kecamatan Nglipar, Patuk hingga Playen. Bahkan akibat luapan air membuat jembatan Bunder yang menghubungkan ruas jalan Jogja-Wonosari ditutup karena ketinggian hampir rata dengan badan jembatan. Selain itu, banjir bandang membuat jembatan Jelok di Desa Beji, Patuk putus.

Salah seorang warga Dusun Jelok, Beji, Patuk, Sukri membenarkan putusnya jembatan jelok yang terjadi pada Selasa (28/11/2017) siang. Menurut dia, jembatan rusak akibat tidak kuat menahan derasnya banjir yang terjadi di aliran Sungai Oya. “Untuk saat ini kami hanya bisa melihat dari kejauah karena banjir masih berlangsung,” katanya kepada wartawan, Senin kemarin.

Advertisement

Salah seorang warga Dusun Jelok, Beji, Patuk, Sukri membenarkan putusnya jembatan jelok yang terjadi pada Selasa (28/11/2017) siang. Menurut dia, jembatan rusak akibat tidak kuat menahan derasnya banjir yang terjadi di aliran Sungai Oya. “Untuk saat ini kami hanya bisa melihat dari kejauah karena banjir masih berlangsung,” katanya kepada wartawan, Senin kemarin.

Menurut dia, dengan putusnya jembatan akses warga menjadi terhambat. Ini lantaran jembatan merupakan sarana transportasi utama bagi masyarakat. “Berhubung putus, warga harus memutar dan lewat jalan yang lumayan jauh karena harus melintas di wilayah Kecamatan Playen,” ujarnya.

Baca juga : Waspada, Badai Cempaka Bakal Berdampak Hingga 30 November

Advertisement

Menurut dia, akibat banjir tidak hanya membuat jalan ditutup, namun juga membuat lima rumah di bantaran sungai terendam dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. “Semua sudah diungsikan ke lokasi yang aman,” katanya.

Madiyono mengungkapkan, banjir bandang yang terjadi tidak lepas dari hujan deras yang mengguyur wilayah Gunungkidul dalam dua hari. Menurut dia, kondisi banjir bandang pernah terjadi pada 1984 lalu. Namun demikian, kondisinya tidak separah banjir yang terjadi sekarang ini. “Kondisi lebih parah sekarang dan ini menjadi kejadian terbesar selama hidup saya,” kata pria yang menjabat sebagai Ketua RW ini.

Baca juga : Badai Tropis Cempaka Sebabkan Pohon Tumbang, Banjir, dan Longsor di DIY

Advertisement

Selain banjir di Sungai Oya, banjir juga terjadi di Sungai Besole di Kota Wonosari. Akibatnya ratusan rumah di sepanjang bantaran sungai terendam dengan ketinggian bervariasi. “Kami jelas khawatir dan takut kalau ketinggian air makin meninggi. Jadi saya putuskan mengevakuasi mobil milik warga yang sedang diperbaiki di bengkel saya,” kata Joko.

Menurut dia, keputusan melakukan evakuasi tidak lepas dari kondisi di Sungai Besole yang makin meninggi. “Daripada terjadi apa-apa lebih baik kami pindahkan. Apalagi sudah banyak rumah yang terendam akibat banjir,” imbuhnya.

Baca juga : Jembatan Bunder Ditutup, Jogja-Wonosari Dialihkan

Advertisement

Seperti diketahui badai Cempaka yang memicu hujan deras berkepanjangan melanda DIY pada Selasa menyebabkan berbagai bencana banjir dan tanah longsor.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif