SOLOPOS.COM - Sejumlah seniman meyelesaikan pembuatan bola dunia (globe) taktual untuk tuna netra di rumah produksi Niaga Teknik di jalan Sugeng Jeroni, Yogyakarta, Kamis (26/12/2013). Bola dunia taktual bertekstur dan dilengkapi dengan indeks berhuruf braile tersebut diciptakan untuk mempermudah proses belajar mengajar bagi siswa sekolah luar biasa dan sekolah yang memiliki siswa tunanetra. Globe tersebut diciptakan dari hasil kerjasama Pusat Sumber Pendidikan Inklusif Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan sejumlah seniman di Jogja. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Bahasa jawa perlu terus digunakan agar dapat terjaga.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Masyarakat boleh saja menguasai berbagai bahasa asing di dunia. Namun, bahasa daerah tetap harus dilestarikan dan tidak dibuang begitu saja.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Pernyataan itu disampaikan Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kulonprogo, Maryono, Jumat (15/1/2016). Menurutnya, masyarakat sudah semakin menjauh dari budaya dan bahasa daerah.

“Boleh saja punya bahasa persatuan dan bisa bahasa Inggris atau bahasa lainnya. Tapi jangan lupa kalau kita juga punya budaya lokal dan bahasa daerah,” kata Maryono.

Kepedulian akan kelestarian bahasa daerah kemudian diwujudkan Pertuni Kulonprogo melalui kegiatan lomba master of ceremony (MC) bahasa Jawa di Aula Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Sosnakertrans) Kabupaten Kulonprogo pada Sabtu (16/1/2016). Kegiatan itu sekaligus memeriahkan peringatan ulang tahun Pertuni ke-50. Maryono mengatakan, Dewan Pengurus Pusat (DPP) Pertuni memang mengimbau setiap DPC untuk menyelenggarakan kegiatan yang mengangkat budaya dan tradisi masing-masing daerah.

Lomba MC bahasa Jawa akan diikuti 28 orang peserta. Mereka adalah tuna netra dari seluruh DIY. Meski demikian, Maryono mengaku belum bisa merangkul anak-anak dan remaja sebagai peserta tahun ini.

“Besok baru khusus orang dewasa. Kalau anak sekolahan cenderung susah karena kebanyakan ada di SLB [sekolah luar biasa]. Kami akan siapkan kegiatan lain yang cocok untuk mereka,” ungkap warga Desa Hargotirto, Kokap, Kulonprogo itu.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosnakertrans Kulonprogo, Eko Pranyata mendukung kegiatan yang dilaksanakan Pertuni Kulonprogo. Terlebih jika kegiatan tersebut bisa meningkatkan kepercayaan diri para tuna netra. “Dengan rasa percaya diri, mereka bisa lebih mudah berinteraksi, berkumpul, dan merasa memiliki kedudukan sama ketika ada dalam suatu forum,” ujar Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya