SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Rima Sekarani/JIBI/Harian Jogja)

Bakda kupat di Kampung Pandeyan Jogja melakukan kira ketupat raksasa dan patung badak

Harianjogja.com, JOGJA-Kirab Budaya Bakdo Kupat yang digelar Kampung Wisata Pandeyan Jogja, Minggu (26/7/2015) berbeda dengan tahun sebelumnya. Tidak hanya dua gunungan berisi 1.000 kupat dan hasil bumi palawija yang diarak, melainkan juga terdapat replika kupat raksasa dan patung badak.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Selain itu, iringan kesenian barongsai juga dipertontonkan dalam kirab yang diikuti 1.000 orang dengan jarak tempuh sekitar 2,5 kilometer.

Ketua RW 03 Pandeyan Atmadi Florian mengatakan kirab budaya bakdo kupat sudah lima kali diselenggarakan sejak 2011. Biasanya digelar satu minggu setelah Idul Fitri.

“Dulu hanya sebatas kenduri, tetapi seiring dengan ditetapkannya Pandeyan sebagai kampung wisata kegiatan kirab menjadi agenda rutin,” terangnya.

Diungkapkannya, kirab dimulai pukul 15.00 WIB dimulai dari Jalan Pandeyan (seberang XT Square)-Jalan Babaran-Jalan Batikan-Jalan Veteran-Jalan Pandeyan dan berakhir di halaman Masjid Ibrahim.

Ia menjelaskan, gunungan yang diusung dan berbagai ornamen yang ditampilkan sarat filosofi. Gunungan lanang kupat menyimbolkan ekspresi kegembiraan dari ngaku lepat (kupat) yang disebarkan ke masyarakat melalui arak-arakan. Sementara gunungan putri yang berisi hasil bumi menjadi wujud syukur atas anugerah Tuhan.

Replika kupat raksasa, jabarnya, terdiri dari 12 kupat yang terbuat dari sintetis dan masing-masing berukuran kurang lebih satu meter persegi ditujukan untuk menguatkan pesan dalam kirab budaya ini. Patung badak menandakan hewan yang kuat dan pantang mundur dalam menghadapi berbagai hal.

“Pada lokasi terakhir, gunungan diperebutkan dan panitia juga sudah meletakkan uang senilai Rp500.000 dalam pecahan Rp5.000, Rp10.000, dan Rp50.000 di atas gunungan yang dapat diperebutkan warga,” terang Atmadi.

Ketua Panitia Kirab Budaya Bakdo Kupat Andik Sulendro menambahkan, bregodo yang ikut dalam iring-iringan juga bertambah pada tahun ini. “Biasanya hanya bregodo lombok ijo, lombok abang, dan kalinyamat yang berasal dari Pandeyan, kali ini ada juga bregodo dari kampung tetangga seperti Sorosutan dan Warungboto,” paparnya.

Atraksi barongsai, kata Andik, juga ditampilkan mengingat terdapat pegiat kesenian barongsai di Pandeyan dan diajak untuk berpartisipasi.

Berdasarkan sejarah, Pandeyan merupakan lokasi para pande besi yang membuat alat untuk persenjataan maupun pertanian semasa Kerajaan Mataram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya