SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

KULONPROGO—Tak mau kalah dengan para pejabat dan mantan pejabat yang berlomba membeli tanah di lokasi calon bandara, sejumlah pengusaha pun ternyata sudah mulai membeli tanah, sejak wacara pembangunan bandara akan dibangun di Kulonprogo.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Menurut koordinator organisasi Kepedulian Sosial Desa (KSD) Mitra R.Karmadi, selama ini memang sudah banyak makelar tanah yang datang ke sejumlah desa di lokasi calon bandara. Pihaknya terus memantau pergerakan para spekulan tersebut. Meski begitu, KSD hanya bisa mengimbau dan tidak bisa melarang warga agar tidak menjual tanahnya.

“Kami hanya bisa mengimbau dan tidak bisa melarang. Pernah ada seorang warga di Dusun Mlangsen, Desa Palihan, Kecamatan Temon, yang menjual tanahnya dengan harga tinggi. Per meter persegi dijual Rp450.000,” kata Karmadi saat dihubungi Harian Jogja, Rabu (30/5).

Dia juga memahami bila selama ini ada pandangan miring warga terhadap KSD. Meski begitu, pihaknya menegaskan, sesuai visi dan misinya, KSD murni memperjuangkan kesejahteraan bagi seluruh warga yang terkena dampak proyek. KSD menegaskan diri untuk menfasilitasi masalah yang muncul antara masyarakat, pemerintah dan investor.

Kalau ada warga yang tidak setuju, misalnya, pihaknya siap menjembatani dengan para investor yang masuk.

“Apapun proyek itu, tidak hanya bandara, tetapi juga proyek-proyek yang ada di empat desa. Kami tidak hanya akan memperjuangkan kesejahateraan sosial warga yang terkena dampak pembangunan, tapi kami juga ingin warga tidak hanya menjadi penonton saja. Saya memahami kalau ada pandangan miring, itu wajar,” jelasnya.

Terkait banyaknya pengurus yang diduga berprofesi sebagai makelar tanah, Karmadi membantahnya. Menurutnya, pengurus KSD saat ini merupakan tokoh-tokoh masyarakat dari empat desa calon lokasi bandara, yakni Palihan, Jangkaran, Sindutan dan Glagah. “Tidak ada itu. Semua [pengurus] diangkat dari tokoh masyarakat di empat desa. Memang, tidak bisa semua warga masuk dalam kepengurusan SKD, tapi tidak ada pengurus yang menjadi makelar tanah,” tukasnya.

Dia juga membantah bila KSD tidak melibatkan Pemdes terkait rencana pembangunan bandara. Dikatakan Karmadi, pihaknya beberapa kali sudah mengundang sarasehan terkait proyek itu dengan Pemdes Palihan.

“Kepala Dusun dan Kades juga datang. Kami ingin, proses pembangunan bandara bisa berjalan aman, sejuk dan nyaman. Sampai saat ini, kami menunggu dulu sampai masterplan selesai digarap. Terlalu prematur bila kami bergerak sekarang,” ucapnya.

Menurutnya, pihaknya sudah memprediksi muncul banyak pihak, kepentingan kelompok dan politisi terkait proyek pembangunan bandara tersebut. Namun, KSD sudah menyiapkan langkah untuk meredam gejolak yang sudah diprediksi terjadi.

“Salah satunya, dengan memantau pergerakan para spekulan tanah dan memberi pemahaman kepada warga agar tidak tergiur menjual tanah saat ini,” katanya.

Terpisah, Kepala Bappeda Kulonprogo, Agus Langgeng Basuki, berharap agar masyarakat bisa berpikir jernih bila ingin proyek pembangunan bandara dilaksanakan di Kulonprogo. Menurutnya, ada dua hal yang harus dilakukan masyarakat di lokasi calon bandara.

“Pertama, hati-hati dengan para spekulan tanah. Bila ingin bandara tetap dibangun di Kulonprogo, masyarakat harus hati-hati,” ungkap Agus.

Selain mewaspadai ulah spekulan tanah, Langgeng berharap agar masyarakat memikirkan masa depan dan berpikir jernih. “Sukses tidaknya pembangunan bandara itu, tidak hanya dilimpahkan kepada pemerintah daerah tetapi juga dukungan masyarakat,” ujar dia.

Di sisi lain, menanggapi banyaknya spekulan tanah yang mulai bergerilya membeli tanah di calon lokasi bandara, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku tak mau ambil pusing. Menurut Sultan, pergerakan calo-calo tanah tidak dapat dibatasi.

“Loh bagi saya, itu [spekulan] melanggar hukum, juga tidak,” terang dia saat ditemui di UGM, Kamis (31/5),

Namun ia membenarkan jika keberadaan makelar-makelar tanah ini dapat mengakibatkan harga tanah di daerah yang direncanakan untuk pembangunan bandara akan melonjak. Hanya, ia memilih tidak mau ambil pusing dengan kemungkinan itu.

“Nek jadi mahal, ya bisa saja enggak jadi. Tinggal tak pindahke ya gitu,” tegas Sultan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya