SOLOPOS.COM - ilustrasi.dok

Bandara Kulonprogo akan dipercantik dengan hutan kota

Harianjogja.com, JOGJA – PT Angkasa Pura I akan memanfaatkan lahan di bawah Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) sebagai hutan atau kawasan ruang terbuka hijau (RTH) di dalam area New Yogyakarta International Airport (NYIA) Kulonprogo.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Lahan berhektare-hektare dengan lebar sekitar 800 meter yang membelah luas lahan bandara itu praktis tidak dibangun fasilitas apapun menyangkut keamanan dari gelombang listrik.

Group Head Project Management Office PT Angkasa Pura I Widodo mengakui, keberadaan Sutet mengurangi luas bandara, karena praktis lahan di bawahnya tidak bisa terisi bangunan.

Pihaknya mengkhawatirkan ada gelombang listrik jika memaksakan untuk mendirikan bangunan di bawah Sutet. Padahal, posisi Sutet membelah seluruh luas lahan yang akan dibangun Bandara di Kulonprogo.

Ia tak hafal jumlah luas keseluruhan lahan yang berada di bawah Sutet, namun lebarnya diperkirakan mencapai 800 meter untuk garis aman dapat didirikan bangunan.

“Pasti menganggu, tetapi kami akan menyesuaikan karena di bawah itu tidak boleh dibangun, bangunan bertingkat seperti itu, karena ada gelombang berbahaya dari PLN. [Posisi Sutet] misal memanjang dia melintang di tengah-tengah [luas lahan bandara],” terangnya di DPRD DIY seusai Raker dengan Komisi C, Jumat (3/2/2017).

Jika dihitung dari sisi ekonomi, lanjutnya, ia tidak menampik pihaknya tentu merugi dengan fakta itu. Akantetapi, PT Angkasa Pura tidak serta merta memperhitungkan untung rugi, karena pasti ada keuntungan sosial jika lahan itu dikelola dengan baik yang bisa memberikan manfaat bagi warga maupun pengunjung bandara.

Selain itu keberadaan Sutet tidak mungkin dipindah demi memuluskan perluasan bandara karena pemindahan itu membengkakkan biaya. “Kami dapat tanahnya di situ ya sudah, kami manfaatkan saja didesain baru. Supaya menutupi kekurangan itu tadi,” kata dia.

Widodo mengklaim, keberadaan Sutet tidak menganggu aktivitas penerbangan ketika kelak NYIA beroperasi. Karena sesuai perencanaan, titik pendaratan pesawat dibangun di atas lahan yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Sutet.

Kendati demikian, titik koordinat landasan dengan hitungan jarak dari Sutet itu belum ditentukan karena masih dikaji. Namun titik area persiapan pendaratan dipastikan tidak akan melintasi Sutet.

“Kalau pesawat tidak serta merta terbang sembarangan, tetapi ada rutenya, sudah diatur. Runway dari Sutet sudah ditentukan, cuma koordinat tepatnya itu yang lagi kita studikan. Jaraknya sampai 1,5 kilometer dari Sutet, itu masih aman tidak menganggu,” jelasnya.

Ia menegaskan, seluruh lahan di sepanjang Sutet dengan lebar 800 meter akan digunakan sebagai ruang terbuka hijau dan kawasan hutan. Desainnya, nanti akan ada danau, hutan yang tidak jauh dari kawasan itu bisa dibangun hotel dan fasilitas lainnya dalam konsep airport city.

Lahan ini dimungkinkan menjadi prioritas pembangunan di awal karena titiknya sudah jelas. Bentuk hutan tersebut nantinya tidak perlu menanam pohon dari kecil. Melainkan memindahkan pohon berukuran besar di titik lain untuk ditanam di bawah Sutet.

“Utamanya area Sutet itu kan tidak mungkin dibangun gedung. Pohon yang ada sekarang akan kita selamatkan, diambil dipindahkan ke area sutet, desain sudah kami buatkan. Sehingga nanti ketika bandara beroperasi ya pohon sudah besar, jadi nggak menebang,” ucpanya.

Dengan adanya RTH tersebut, imbuhnya, kawasan NYIA akan menjadi bandara yang memilik daya tarik tersendiri. Karena pengunjung atau calon penumpang tidak sekedar hanya bisa menunggu di terminal, namun juga dapat memilih dengan memanfaatkan hutan kota itu sebagai tempat menunggu jadwal penerbangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya