SOLOPOS.COM - Suasana di salah satu lokasi runtuhan bangunan terdampak NYIA, paska land clearing, yang menjadi rezeki bagi para pemulung, di Dusun Kepek, Desa Glagah, Selasa (31/10/2017). Pemulung tersebut memunguti besi tulang bangunan atau rongsokan lainnya, setelah meminta izin kepada aparat yang berjaga di lokasi. (Uli FebriarniJIBI/Harian Jogja)

Pemulung mengumpulkan barang rongsok di bekas hunian warga terdampak pembangunan NYIA.

Harianjogja.com, KULONPROGO— Bangunan milik warga terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA), sebagian besar telah dirobohkan oleh para pekerja pembersihan lahan (land clearing). Puing-puing tersebut ternyata menjadi sumber rezeki bagi sejumlah tukang rongsokan.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Para tukang rongsok ini berusaha mendapatkan besi bekas, yang menjadi rangka bangunan atau bagian lain dari bangunan milik warga, yang berada di sejumlah titik Kecamatan Temon yang menjadi lokasi proyek NYIA. Terdapat belasan tukang rongsok, yang memburu besi dari satu unit rumah yang telah dirobohkan tersebut. Para tukang rongsok yang berburu sejak pagi hingga sore ini, berasal dari sejumlah daerah. Pencarian besi bekas dilakukan dari pagi hingga sore hari.

Salah satu tukang rongsok, Muslikun menuturkan, mereka telah mencari rongsokan besi tulang bangunan rumah, di lokasi pembangunan NYIA selama sekitar dua bulan. Setelah terkumpul, ia menjualnya dalam ukuran kiloan. Menurutnya, setelah mencari rongsokan di lokasi terdampak NYIA, pendapatannya mengalami peningkatan. Biasanya ia mencari rongsokan berkeliling Kecamatan Temon, dengan cara membeli barang bekas, dari rumah ke rumah.

“Sekarang pendapatan sehari bisa Rp150.000 sampai Rp300.000,” kata Desa Triharjo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo ini, Selasa (31/10/2017).

Sementara itu, Danang, yang berasal dari Desa Tawangsari, Kecamatan Pengasih mengungkapkan, dirinya bisa mengumpulkan besi bekas sekitar 50 Kilogram, yang dijual ke pengepul dengan harga sekitar Rp3.000 per Kilogram. Ia mengakui pekerjaan itu merupakan pekerjaan berat. Mengingat ia harus membongkar semen yang membungkus besi konstruksi rumah.

“Harus menggunakan alat pukul, beratnya tiga kilogram lebih,” ujarnya.

Pemulung rongsok yang lain, Sulastri asal Keseneng, Purworejo juga sudah sebulan lalu mencari besi-besi bekas tulang bangunan di lahan terdampak NYIA. Setiap hari dia selalu berpindah-pindah mengikuti di mana alat berat merobohkan bangunan. Pada awalnya dia mencari di reruntuhan bangunan penginapan di wilayah Pantai Glagah, kemudian pindah di lokasi pengurukan di sekitar Congot, dan kini di wilayah bekas pemukiman di Desa Palihan.

Sulastri yang sebelumnya buruh tani itu, beradu cepat dengan para pemburu besi bekas tulangan yang lainnya yang kebanyakan laki-laki. Dalam sehari, sedikitnya ia bisa mengumpulkan Rp60.000 hingga Rp80.000, dari hasil jual tulang besi seharga Rp2.000 per kilogram dan pipa paralon Rp1.000 per kilogram. Ia mengaku mensyukuri berapapun yang ia dapatkan.

“Saya cari besi tulang dan rongsokan, karena sekarang tidak musim tanam atau panen, jadi pertanian tak banyak butuh buruh tani,” imbuhnya.

Sebelum mengumpulkan besi tulang dan rongsokan di lokasi, ia meminta izin terlebih dahulu kepada petugas proyek dan aparat yang menjaga lokasi. Agar tidak dituduh mencuri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya