Jogja
Jumat, 29 September 2017 - 10:55 WIB

BANDARA KULONPROGO : Tak Segera Pindah? Ini 2 Kerugian yang Mungkin Dialami

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah orang melintasi kawasan relokasi bagi warga terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang menggunakan Pakualaman Ground (PAG) di wilayah Desa Kedundang, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Senin (11/9/2017). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo, pembersihan lahan ditarget akhir bulan depan.

Harianjogja.com, KULONPROGO — PT Angkasa Pura I menargetkan tahap land clearing atau pembersihan lahan selesai dilakukan pada akhir Oktober 2017. Namun, hal itu hanya dapat tercapai jika semua warga terdampak segera meninggalkan kawasan pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Advertisement

Baca Juga : BANDARA KULONPROGO : Tak Ada Toleransi untuk Kawasan Air Side

Project Manager Pembangunan NYIA PT Angkasa Pura I, Sujiastono kembali meminta warga terdampak segera pindah. Dia berharap warga tidak menghalangi kelancaran pembangunan bandara. Menurutnya, warga akan rugi sendiri jika terus menunda pindahan karena bakal terganggu dengan aktivitas pembangunan fisik, seperti suara bising, debu, dan lainnya.

“Masyarakat yang sudah dikonsinyasikan, segera diambil uangnya di pengadilan. Semakin lama akan semakin rugi karena uangnya tidak berbunga,” ucap Sujiastono, Kamis (28/9/2017).

Advertisement

Sebelumnya, Humas Administrasi dan Keuangan PT PP Tbk, M.Girsang mengatakan pembersihan lahan dilakukan secara paralel di seluruh kawasan pembangunan bandara baru. Pihaknya membagi pekerjaan dalam dua tim, yaitu tim yang bertanggung jawab atas area landasan pacu serta tim gedung dan terminal.

“Tahap awal diprioritaskan untuk landasan pacu dulu tapi juga paralel dengan yang lain,” ungkap Girsang.

Girsang menerangkan lahan yang sudah dibersihkan tidak serta merta dapat langsung ditindaklanjuti dengan pekerjaan konstruksi. Pihaknya masih harus melakukan evaluasi untuk memastikan kondisi tanah. Mekanisme pekerjaan fisik selanjutnya juga ditentukan setelah desain dari konsultan perencana siap, baik itu pengupasan dan perbaikan tanah maupun pengurukan dan pengerasan lahan.

Advertisement

Sementara itu, sebagian warga terdampak sudah pindah ke lahan relokasi yang tersebar di lima desa. Ketua Kelompok Pemukim Jangkaran, Sukarjo mengatakan warga sudah menempati hunian relokasi sejak Kamis (21/9/2017) lalu. Mereka telah melakukan pindahan selama dua hari sebelumnya meskipun rumah baru belum 100 persen jadi dan masih dalam tahap penyelesaian akhir.

Sukarjo mengungkapkan, dia dan anggota kelompoknya tidak terlalu punya pertimbangan khusus untuk menghindari pindahan di bulan Sura seperti kebanyakan warga terdampak lain.

“Karena sudah ikut program relokasi, tanggal sekian harus pergi, kami pergi. Sekarang sudah pindah [jadi] ayem,” kata Sukarjo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif