SOLOPOS.COM - Tim appraisal independent melakukan pencocokan data aset di atas lahan calon bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), Senin (2/5/2016). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo masuk tahapan pencocokan data aset di atas lahan calon bandara

Harianjogja.com, KULONPROGO-Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT), Martono mempertanyakan kualitas tim appraisal yang datang untuk melakukan pencocokan data dan aset di atas lahan calon bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Pasalnya, anggota tim yang masih berstatus mahasiswa dan berusia muda mengesankan ketidakseriusan tim appraisal tersebut.

Sejumlah rumah di Dusun Sidorejo, Glagah menempelkan kertas yang berisi penolakan atas kedatangan tim appraisal yang akan melakukan pencocokan data dan penilaian aset.

Saat proses penilaian di beberapa lahan milik warga yang menyetujui, Martono mempertanyakan kapasitas tim penilai yang terdiri dari tiga orang tersebut. “Masih muda-muda sekali, baru lulus kuliah ya, ini serius atau main-main?” tanyanya kepada tim penilai tersebut.

Pertanyaannya ini kemudian dijawab oleh salah satu anggota tim yang membenarkan bahwa mereka baru saja lulus kuliah. Namun, anggota tim yang sama juga menyatakan bahwa mereka hanya datang untuk mencocokkan data telah dikumpulkan oleh BPN sebelumnya. Selain itu, mereka juga didampingi oleh ketua tim yang merupakan anggota tim appraisal yang berkompeten.

Martono menyatakan bahwa hal tersebut menambah kesan tidak adil. Pasalnya, ia merasa warga merupakan pemilik tanah namun tim appraisal yang menetukan harganya. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa kompetensi tim penilai tersebut tidak diketahui oleh warga. “Mereka yang memenangkan tender, jika ditanya profesional atau tidak kami tidak tahu,” ujarnya kepada wartawan pada Senin (2/5/2016).

Keraguan Martono tersebut bukannya tidak berdasar. Pasalnya, salah satu anggota tim penilai yang lain sebelumnya tidak mengetahui jenis pohon yang ada di atas lahan warga yang sedang sedang dinilai. Anggota tim penilai tersebut tidak bisa membedakan jenis pohon jati atau melinjo dan kemudian menanyakannya kepada salah satu personil polisi yang mendampingi tim tersebut.

Ketika dikonfirmasi, Ketua tim appraisal dari Kantor Jasa Penilai Publik Mutaqqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun Khasanah (MBPRU), Uswatun Khasanah membenarkan bahwa tim penilai yang diturunkan ke lapangan juga terdiri dari kalangan mahasiswa baik di tingkaT sarjana atupun magister.

Namun, ia menjelaskan bahwa ketua masing-masing tim merupakan penilai publik yang terverifikasi. “Jika mencocokkan data, kira-kira semuanya bisalah,”ujarnya.

Terlebih lagi, menurutnya saat ini hanya merupakan pencocokan data lapangan dengan apa yang tertera di data BPN. Untuk penilaian harga aset sendiri akan dilakukan secara terpisah oleh sejumlah penilai publik yang kompeten dan terverifikasi.

Terkait dengan ketidaktahuan anggota tim penilai akan detail data lapangan, menurutnya hal tersebut bisa diberikan solusi dengan foto dokumentasi. “Semua lahan akan difoto sehingga akan kelihatan detailnya saat pembahasan,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa setiap bidang lahan didokumentasikan dengan banyak potret sebagai pelengkap data sehingga meminimalisasi kesalahan, termasuk tanaman yang ada di lahan tersebut dan jenis-jenisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya