Jogja
Selasa, 10 Mei 2016 - 17:55 WIB

BANDARA KULONPROGO : Tidak Semua Fasilitas Usaha Perhotelan Dinilai Tim Appraisal

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pengusaha perhotelan di wilayah terdampak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) menemui tim appraisal di Balai Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Senin (9/5/2016). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo, giliran pengusaha yang mengeluh.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Pengusaha perhotelan di wilayah terdampak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) menemui tim appraisal di Balai Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Senin (9/5/2016). Mereka mengeluhkan berbagai aset usaha yang dianggap ikut tidak dinilai.

Advertisement

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Permata, Sumantoyo mengaku menerima banyak keluhan dari pelaku wisata di sekitar Glagah, terutama yang mengelola bisnis hotel dan penginapan. Bentuk identifikasi aset yang dilakukan antar tim dianggap berbeda. Dia mencontohkan ada tim yang menilai fasilitas parkir di sebuah penginapan tapi terdapat tim lain yang tidak melakukan hal serupa pada penginapan berbeda.

“Ada juga tim yang mengatakan nilai bangunan menyusut selaras dengan tahun pembuatannya,” kata Sumantoyo.

Warga juga mempertanyakan aset apa saja yang masuk perhitungan tim appraisal. Mereka merasa keberatan karena berbagai fasilitas yang tersedia di setiap kamar hotel atau penginapan tidak ikut dinilai, seperti televisi, pendingin ruangan, tempat tidur, meja dan kursi, lemari, dan sebagainya. Alasannya, benda-benda itu disebut properti pribadi. Ada pula yang mengeluh karena tim appraisal tidak mau menilai aset berupa tanaman hias hingga mengaku punya bangunan yang belum sempat terdata tim Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Advertisement

Sumantoyo berharap keluhan warga segera dikoordinasikan bersama sejumlah pihak terkait. Dia tidak ingin jika masalah tersebut berkepanjangan dan dimanfaatkan orang-orang tidak bertanggung jawab.
“Dulu katanya Angkasa Pura akan memakai data apapun yang diserahkan BPN,” ujar Sumantoyo.

Pengusaha penginapan lainnya, Agus berharap, tim appraisal konsisten dalam melakukan penilaian. Dia mengaku bingung karena dua penginapan miliknya diperlakukan berbeda.

“Ada satu penginapan yang semua paralon instalasi air dihitung tapi penginapan satunya tidak. Jadi sebenarnya dihitung atau tidak?” ucap Agus.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif