SOLOPOS.COM - Ilustrasi sawah terendam banjir. (JIBI/Solopos/Dok.)

Banjir Kulonprogo merendam persawahan sehingga menyebabkan petani merugi

Harianjogja.com, KULONPROGO-Selain ratusan rumah warga, banjir yang menimpa wilayah Kecamatan Panjatan sejak Jumat (24/4/2015) lalu juga merendam area persawahan. Para petani diperkirakan mengalami kerugian yang cukup besar.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Camat Panjatan, Sudarmanto mengatakan, ada ratusan hektar sawah yang tidak luput dari banjir. Tidak hanya lahan yang ditanami padi, melainkan juga berbagai tanaman holtikultura seperti melon, cabai, dan bawang merah.

“Tanaman padi yang tergenang berusia satu hingga tiga bulan. Ada juga tanaman melon yang hampir panen,” ungkapnya, Minggu (26/4/2015).

Sedikitnya ada enam kecamatan di Kabupaten Kulonprogo yang dilanda banjir pada akhir pekan kemarin. Diantaranya adalah sebagian wilayah Kecamatan Panjatan, Lendah, Galur, Pengasih, Sentolo, dan Wates. Namun, kondisi paling parah terjadi di Panjatan.

“Dari pendataan kami, ada sekitar 697 KK di Desa Gotakan, Krembangan, Cerme, Tayuban, dan Garongan yang terendam air,” ujar Sudarmanto.

Sementara itu, Suradal, petani di Desa Bugel, Panjatan, mengaku ikut jadi korban banjir. Namun, hujan deras disertai angin tetap merusak banyak tanaman.

“Panjatan bagian selatan ini sebenarnya aman dari banjir. Namun, hujan dan angin kencang membuat banyak tanaman roboh, termasuk tanaman cabai saya yang umurnya sudah 46 hari,” katanya.

Padahal, lanjut Suradal, akan banyak petani cabai yang panen pada pertengahan Mei nanti. “Sekarang sudah ada cabai yang mulai merah juga. Kita bakal rugi. Apalagi BBM naik ini bikin biaya produksi juga makin tinggi,” keluhnya.

Menurut Suradal, hujan yang terjadi pada Jumat malam kemarin bisa dibilang yang terbesar sejak awal tahun ini. Dia pun cemas karena merasa cuaca buruk masih akan berlanjut. “Wilayah Panjatan selatan itu dataran rendah. Ini juga masih mendung,” ungkap Suradal.

Suradal menambahkan, banyak petani tanaman holtikultura lain yang terancam merugi di sekitarnya. “Kalau cabai rata-rata sudah berumur di atas 40 hari. Melonnya sudah hampir mau panen. Bawang merah juga sudah mau panen,” paparnya.

Suradal berharap pemerintah juga memperhatikan nasib petani yang sawahnya rusak akibat terdampak bencana. Sebab, selama ini belum pernah ada bantuan untuk pertanian. “Tadi kami memasang anjir secara swadaya,” imbuhnya kemudian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya