SOLOPOS.COM - HArian JOgja/Gigih M. Hanafi Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jogja Budi Hanoto bersama sejumlah perwakilan Kabupaten Sleman memanen cabai rawit saat gerakan penen cabai rawit besar milik kelompok tani taruni bumi di Dusun Pondok Wonolelo 2, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, JUmat (21/7). Lahan demplot (percontohan) BI seluas 1.000 meter persegi.

Bank Indonesia berkomitmen menjaga produktivitas cabai di petani dalam rangka menstabilkan harga di pasaran

Harianjogja.com, SLEMAN-Cabai rawit menjadi salah satu komoditas yang mudah dipermainkan harganya. Bank Indonesia berkomitmen menjaga produktivitas cabai di petani dalam rangka menstabilkan harga di pasaran.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Sejak awal 2017, harga cabai rawit terus mengalami fluktuasi. Posisi harga pada trimester pertama sempat menyentuh Rp130.000 per kilogram (kg) dan posisi saat ini di kisaran Rp30.000an.

Mengingat kebutuhan masyarakat terhadap komoditas pedas ini tetap ada, pemerintah dan beberapa pihak fokus menanggulangi permainan harga cabai di pasaran.

Salah satu pihak yang terlibat adalah Bank Indonesia. Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jogja Budi Hanoto menyampaikan, salah satu cara BI menstabilkan harga cabai rawit adalah dengan meningkatkan produksi cabai.

Hal tersebut sudah diterapkan di Kulonprogo dan juga Sleman. Kemarin, Jumat (21/7/2017), BI bersama Pemda Sleman telah melakukan panen pertama cabai rawit di sebagian lahan demplot (percontohan) BI seluas 1.000 meter persegi. Lahan tersebut berada di Dusun Pondok Wonolelo 2, Widodomartani, Ngemplak, Sleman.

“Kami membentuk pasar lelang [cabai], meningkatkan produksinya melalui penanaman, pemupukan, dan menjaga produksinya melalui kerjasama dengan fakultas pertanian, katakanlah UGM,” katanya.

Menurutnya, dengan peningkatan produksi cabai di beberapa titik, diharapan pasokan cabai untuk masyarakat tetap terpenuhi. Jika suplai cabai tidak mengalami kelangkaan, maka harga di pasaran akan stabil.

Budi mengatakan, BI bertugas menjaga dan mengendalikan rupiah, jika di luar negeri tolak ukurnya adalah kurs sementara di dalam negeri adalah melalui inflasi. Selama ini harga cabai rawit memang kerap naik turun karena ulah spekulan.

Oleh karena itu melalui pasar lelang yang dibangun BI untuk Kelompok Tani di Pondok Wonolelo 2 tersebut serta pendampingan, diharapkan harga lelang menguntungkan petani dan juga pembeli.

Suharno selaku Ketua Kelompok Tani Taruna Bumi di dusun setempat mengatakan, BI memiliki lahan demplot di Pondok Wonolelo 2 seluas satu hektare.

Seluas 1.000 meter persegi di antaranya dipanen dan menghasilkan lima kuintal cabai rawit jenis gorga. “Jumlah pohonnya sekitar 2.500 dan jaraknya 50 centimeter. Hitungannya bagus itu hasilnya,” kata Harno.

Harga jual dari petani pada Kamis (20/7/2017) malam itu adalah Rp31.000 per kg, atau mengalami penurunan Rp2.500 dibandingkan Rabu (19/7/2017).

Menurutnya, harga jual petani saat ini terhitung baik. “Yang penting [harga jualnya] nggak kurang dari Rp10.000 saja. Kalau pemerintah kan standar idealnya Rp11.000-Rp17.000,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya