SOLOPOS.COM - Dua orang warga sedang mengambil air dari bak penampungan hasil pengangkatan air dari sumber Cluwakan. Meski sudah air sudah bisa diangkat namun warga belum bisa menikmati karena air belum bisa mengalir ke rumah warga, Minggu (28/8/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Banyak sumber air di Gunungkidul yang belum dikelola

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Potensi sumber air di Gunungkidul sangat besar. Hal ini dibuktikan adanya sungai-sungai bawah tanah yang terkandung di perut bumi. Hanya saya, sumber-sumber itu urung dimanfaatkan dengan maksimal.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Ketua Paguyuban Pengelola Air Minum Masyarakat Yogyakarta (Pamaskarta) Gunungkidul Damanhuri mengatakan, keinginan untuk bebas dari krisis air bukanlah sebuah mimpi. Dari sisi potensi, kabupaten terluas di DIY itu memiliki cadangan yang melimpah dan dibuktikan banyaknya sungai-sungai bawah tanah.

“Hampir di seluruh kecamatan ada sumbernya. Hanya letaknya berada jauh di dalam perut bumi. Misalnya di Kecamatan Tepus ada potensi air, namun untuk mendapatkannya harus turun gua sejauh 200an meter,” kata Damanhuri, Senin (5/9/2016).

Keberadaan sumber air di Tepus, hanya contoh kecil potensi air yang dimiliki di Gunungkidul. Sebab di daerah-daerah lain juga memiliki potensi yang sama. Namun nyatanya, potensi itu belum tergarap dengan baik sehingga masih banyak wilayah yang kekurangan air, khususnya saat musim kemarau.

“Tidak usah jauh-jauh mencari sumber itu. Di Banyusoco [Kecamatan Playen] banyak mata air di sepanjang aliran Kali Oya, namun hingga saat ini hanya mengalir ke sungai dan belum dimanfaatkan,” ungkapnya.

Menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat potensi air yang dimiliki belum  tergarap dengan baik. Salah satu kendala utama dalam pengelolaan ada di masalah biaya. Untuk bisa memanfaatkan sumber-sumber itu butuh biaya besar dalam rangka pembangunan fasilitas atau pun masa pemeliharaannya.

Selain itu masalah jaringan listrik juga jadi kendala tersendiri. Lokasi sumber yang jauh dari pemukiman sehingga tidak ada aliran listrik yang digunakan untuk pengangkatan air.

“Untuk pemanfaatan banyak yang menggunakan genset, namun hasilnya tidak maksimal. Misalnya sumber air di perbatasan Giricahyo-Giripurwo [Kecamatan Panggang], debitnya bisa 60 liter per detik, namun dengan hanya menggunakan genset pengangkatan baru bisa lima liter per detik,” kata Damanhuri.

Dia pun mengaskan jika masalah-masalah itu bisa diatasi maka mimpi Gunungkidul terbebas dari krisis air bukan hal yang mustahil. Sebab dari sisi potensi sudah terbukti di mana ada sumber air yang melimpah. “Namun masalahnya itu tadi, biaya yang dibutuhkan juga besar,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya