SOLOPOS.COM - BATIK—Sarwiyani membuat motif batik di kain polos (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

BATIK—Sarwiyani membuat motif batik di kain polos (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Masuk ke ruang tamu rumah Sarwiyani, Harian Jogja mendapati lembaran-lembaran kain berhamparan di lantai. Tidak hanya di ruang tamu, ruang tengah yang menjadi tempat menonton televisi pun nampak dipenuhi kain, baik yang putih polos, bergambar hingga berwarna warni.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Sebuah etalase kecil berdiri di dekat kursi tamu. Beberapa lembar kain batik, terbungkus plastik rapi dan tertata di dalam etalase tersebut. “Beginilah, rumah ini sekaligus menjadi tempat produksi kami,” ungkap Sarwiyani kepada Harian Jogja, Selasa (1/5).

Dua tahun terakhir, isteri Agus Nurtomo itu memproduksi batik di rumahnya, di RT4/RW 2 Dusun Temanggal, Desa Wijimulyo, Kecamatan Nanggulan. Mengembangkan usaha keluarga adalah alasan utama ia mendirikan usaha itu. Keluarganya di Lendah merupakan pembuat batik, begitu pula keluarga suaminya di Jogja.

Ketika mulai berkeluarga dan tinggal di Nanggulan bersama suaminya, Sarwiyani memilih usaha pembuatan kain batik. Apalagi, di kawasan sentra pertanian padi ini, belum ada usaha serupa. Bekal keterampilan dari orangtuanya ia terapkan.

Membuat batik bukan hal yang sulit bagi ibu satu anak ini. Pasalnya, sejak muda ia telah menekuninya. Namun karena masih merintis, ia memilih bergabung dengan usaha batik milik keluarga suaminya di Jogja. “Saya ambil kain, saya batik di sini, setelah selesai kemudian saya setor,” jelasnya.

Menjadi buruh seperti itu, membuatnya tidak bisa bebas berekspresi. Beberapa bulan lalu, ia memilih memproduksi batik untuk dijual sendiri. Ia pun mulai sibuk membeli kain, menyiapkan alat-alat hingga membatik dan puncaknya, menjual produk tersebut.

Sejumlah motif dibuatnya, seperti semenron, sekar jagad, mega mendung, wahyu tumurun, sidomukti hingga batik modern. Karena dijual sendiri, ia bisa menerima pesanan motif dan warna sesuai permintaan pembeli. Bahkan, atas permintaan, kini ia tidak hanya membuat kain untuk selendang atau pakaian, tetapi juga kain hiasan untuk dipajang serta sajadah. Kain yang diberi merek Niti Sekar itu, untuk bahan pakaian dijual mulai Rp130.000, sajadah Rp40.000, dan kain pajangan Rp250.000.

Penjualan dilakukan melalui saudara-saudaranya, yang memiliki relasi dari berbagai kota sehingga sering membutuhkan buah tangan. “Permintaan selalu ada, bahkan ada yang berani mengambil dalam jumlah besar, sayangnya, saya belum bisa memenuhi semua,” ujar Sarwiyani.

Kendala utama pengembangan usahanya adalah tenaga kerja. Di wilayah Nanggulan ini, ia kesulitan mendapatkan pekerja yang bisa membatik. Ia menuturkan, membatik bukanlah pekerjaan mudah, karena mengandung seni, yakni pada proses menggambar motif. Selama ini, ia menggambar sendiri. Kain bermotif kemudian diantar ke Lendah untuk dibatik. Proses selanjutnya yakni pewarnaan dilakukannya bersama suami di rumah.

Dari sistem kerja seperti ini, dalam sebulan, ia mampu membuat rata-rata 30 lembar kain batik. “Saya berharap bisa menambah pekerja, bahkan kalau perlu saya ajari dulu sampai bisa, agar usaha ini semakin berkembang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya