Jogja
Kamis, 10 September 2015 - 23:20 WIB

BATIK SLEMAN : Siswa di SD Kanisius Kadirojo Membatik Untuk Seragam Pribadi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa SD Kanisius Kadirojo membatik kain dalam rangka Hari Olah Raga Nasional, Hari Ozon, dan Hari Aksara, Rabu (9/9/2015). (Harian Jogja-Bernadheta Dian Saraswati)

Batik Sleman mulai dikenalkan pada anak-anak sekolah dasar

Harianjogja.com, SLEMAN- Rabu (9/9/2015) adalah hari yang ditunggu bagi siswa SD Kanisius Kadirojo, Kalasan. Pasalnya pada hari di pertengahan pekan itu, siswa diajak untuk merayakan tiga peringatan sekaligus. Hari Olah Raga Nasional (Haornas), Hari Ozon dan Hari Aksara.

Advertisement

Tak seperti Rabu biasanya yang rapi mengenakan seragam sekolah, kali ini semua siswa dan guru serempak mengenakan pakaian olah raga. Sejak pagi mereka sudah berkumpul di halaman sekolah untuk mengikuti kegiatan yang sudah disiapkan.

Siswa kelas I-III mengikuti gelar karnaval dan pertunjukan dolanan anak, kelas IV mengikuti workshop tentang ozon dan penulisan aksara Jawa sementara kelas V dan VI membatik.

Advertisement

Siswa kelas I-III mengikuti gelar karnaval dan pertunjukan dolanan anak, kelas IV mengikuti workshop tentang ozon dan penulisan aksara Jawa sementara kelas V dan VI membatik.

Khusus batik, siswa membuat pola sendiri di atas kain putih lalu membatiknya menggunakan cairan malam. Dengan sangat hati-hati, mereka menggoreskan malam di atas garis pensil yang telah terpola. Lekuk-lekuk goresan berhasil dilewati, tinggal gambar simbol yayasan yang harus dikerjakan dengan tenaga ekstra.

“Simbol Yayasan Kanisiusnya rumit. Kan dipadu sama bentuk Candi Sambisari jadi polanya kecil-kecil,” kata Yohana Clara Kumara Setiawan, salah satu siswa kelas VI, sembari terus menggerakkan cantingnya di atas kain.

Advertisement

Kedua, motif Parijotho yang merupakan batik khas Sleman dan terakhir adalah lambang Sleman Sembada yang digambarkan dalam bentuk segitiga bergaris.

Selaku kepala sekolah, Theresia Tin Supartinah mengatakan bahwa tiga simbol tersebut sengaja dipadukan agar para siswa mengenal tempat di mana mereka tinggal saat ini. Sleman sebagai tempat pijakan dan Kanisius sebagai yayasan yang telah mendidik.

Dari jumlah siswa kelas V dan VI, diperkirakan ada sekitar 30an lembar kain batik yang dihasilkan. Tin berencana menggunakan kain-kain itu untuk seragam sekolah. “Sudah ada yang jadi tali masih kurang karena siswa kami ada 230,” kata dia.

Advertisement

Menurutnya, ketepatan membatik bukan yang utama karena dilihat dari hasil beberapa kain yang sudah siap pakai, ada goresan malam yang keluar dari garisnya. Yang terpenting menurut Tin adalah makna dari gambar tersebut dan niat para siswa yang sudah mau meluangkan waktu untuk mengangkat batik sebagai warisan budaya Indonesia.

Sementara untuk kegiatan peringatan Hari Ozon, siswa lebih dikenalkan pada pentingnya lapisan ozon untuk manusia. Dalam kesempatan itu, guru memberikan tiga pertanyaan besar untuk bahan diskusi.

“Kenapa ozon harus dilindungi, apa pentingnya menanam pohon untuk bumi, dan kenapa cerobong pabrik harus disalurkan,” ungkap Tin membeberkan soal yang ditujukan pada siswanya.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Batik Sleman
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif