SOLOPOS.COM - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Titik Soeharto saat meninjau lokasi lahan bawang merah di kawasan Ngepet, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Selasa (4/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Bawang impor yang masuk Bantul diprotes petani.

Harianjogja.com, BANTUL-Petani bawang merah di Kabupaten Bantul memprotes kebijakan pemerintah pusat yang membuka kran impor bawang merah. Dengan dibukanya keran impor bawang, hal itu praktis akan membebani para petani. Pasalnya, petani tak bisa menikmati hasil secara maksimal sehingga penghidupan mereka tetap stagnan. (Baca Juga : BAWANG IMPOR Vietnam Banjiri Pasar, Pemerintah Kok Tidak Tahu?)

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Parjiono, salah seorang petani bawang merah asal Desa Srigading, Kecamatan Sanden mengaku keberatan dengan langkah kementrian perdagangan yang memperbolehkan impor bawang merah. Padahal, jika dimaksimalkan potensi lahan bawang merah yang ada, kebutuhan bawang merah di tanah air dapat tercukupi. “Wong hasil kita itu melimpah kok masih tetap mengimpor,” keluhnya saat berdialog dengan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Titik Soeharto di kawasan Ngepet, Desa Srigading, Selasa (4/8/2015).

Lebih lanjut, akibat kebijakan impor bawang merah itu, harga bawang merah sudah pasti akan jatuh saat musim panen seperti sekarang ini. Harga bawang merah tak lagi bisa dinikmati oleh para petani yang telah bersusah payah menanam komoditas tersebut. “Serbuan bawang merah impor di pasaran mengakibatkan harga jatuh,” tegasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh petani lainnya, Sudiman. Jatuhnya harga akibat serbuan bawang impor itu diakuinya membuat petani merugi. Pasalnya, ongkos menanam bawang merah hingga kini terbilang masih cukup tinggi. “Harga bibit bawang merah masih mahal di sini. Karena wilayah ini sebelumnya terendam banjir hingga ratusan hektar,” jelasnya.

Itulah sebabnya, aa berharap pemerintah bisa lebih menjalankan perannya untuk melindungi nasib para petani bawang merah. Belajar dari pengalaman, petani berharap agar pemerintah membeli bawang merah yang mereka hasilkan dengan standar harga tertentu. Dengan demikian, kerugian para petani dapat diminimalisir.

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Titik Soeharto juga mengaku heran dengan kebijakan pemerintah yang membuka keran impor bawang merah ini. Seharusnya pemerintah bisa memperluas lahan yang digunakan untuk menanam bawang merah sehingga pasokan bisa memenuhi kebutuhan. Ia yakin, Indonesia mampu swasembada pangan termasuk bawang merah ini. “Indonesia itu sangat potensial. Bagaimana tidak, lahan pasir yang awalnya kering kerontang saja mampu menghasilkan bawang lebih baik. Saya yakin, kalau pemerintah mau membuat kebijakan yang berpihak kepada para petani, pasti bisa melindungi hajat hidup mereka,”tandasnya.

Ia berharap pemerintah bisa meningkatkan perannya dengan fungsi layaknya Badan Urusan Logistik (Bulog). Pemerintah bisa membeli bawang merah saat panen raya terjadi untuk menghindari jatuhnya harga bawang. Dan melepas kembali ketika pasokan bawang merah berkurang akibat musim penghujan tiba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya