Mengenai gerakan bayi, menurutnya pasien menunjukkan aktivitas seperti bayi lain. Hanya diakuinya gerakan tersebut tidak terlampau aktif.
“Melihat kondisi bayi yang seperti ini, saya rasa gerakan bayi cukup baik. Tetapi kalau dibandingkan dengan bayi normal memang berbeda. Napasnya masih cepat, tampak bayi ini kelihatan sakit dan tangisannya belum stabil,” kata Ekawaty Lutfia, Rabu
(3/7/2013).
Menurutnya, hal ini wajar karena kondisi jantung pasien termasuk rumit. Jika persoalan ini dialami bayi tunggal pun, kondisi bayi tersebut juga terbilang berat. Apalagi, tambahnya, dialami bayi kembar dalam satu tubuh.
Anggota tim dokter RSUP Dr Sardjito, Arita Anggraeni menuturkan tim terus memantau keadaan bayi setiap jam. Dengan harapan kondisi bayi dapat membaik.
“Kondisi stabil memang belum tercapai. Pada prinsipnya, kami berusaha tetap optimal tangani bayi supaya ada perbaikan. Setidaknya sampai bayi dalam proses stabil,” kata dia.
Ditanya mengenai kemungkinan pasien pulang ke rumah, anggota tim lain, Setyo Wandito menyampaikan hal tersebut sulit diprediksi dalam hitungan hari atau minggu. Sebab pasien dengan kasus serupa umumnya kondisinya dapat menurun secara cepat tetapi membaik perlahan.
Kendati demikan, bila berat bayi lahir dapat dikembalikan seperti semula, suhu tubuh stabil, dapat minum dan ibu dapat merawat, pasien dapat segera pulang. Setyo menilai kondisi keluarga pun jadi perhitungan sebab perawatan di dalam rumah dan yang dialami bayi dapat berpengaruh pada kesehatan anak.
Terpisah Usman ayah bayi berkepala dua saat ditemui tampak menghindar. Ia menuturkan telah menyerahkan setiap pernyataan kepada Humas RSUP Dr Sardjito.
“Perkembangan anak saya masih seperti yang kemarin. Saya percayakan segala sesuatu di tangan mereka [tim dokter], saya sudah pasrah,” ungkapnya singkat.