SOLOPOS.COM - KERAJINAN PANDAN—Sejumlah pekerja mengerjakan pembuatan kerajinan dari Pandan di Murakabi Craft Dusun Sadang, Desa Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, Rabu (21/3/2012). (HARIAN JOGJA/Nina Atmasari)

KULONPROGO—Sejumlah perajin berbahan baku pandan di Nanggulan mengaku pasrah menyusul adanya rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Mereka yakin usahanya akan terguncang.

KERAJINAN PANDAN—Sejumlah pekerja mengerjakan pembuatan kerajinan dari Pandan di Murakabi Craft Dusun Sadang, Desa Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, Rabu (21/3/2012). (HARIAN JOGJA/Nina Atmasari)

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Pemilik kerajinan Menoreh Craft, Dusun Janti, Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Tusiran mengungkapkan meskipun saat ini harga BBM belum naik, harga bahan baku kerajinan malah sudah naik.

“Sudah seminggu terakhir harga pandan naik. Nanti kalau BBM naik pasti harga pandan tambah naik lagi,” ungkapnya, saat ditemui Harian Jogja, Rabu (21/3).

Ia menyebutkan harga pamdan saat ini Rp6.500 per kilogram, naik Rp500 dari semula Rp6.000 per kilogram. Harga kain juga naik dari Rp5.500 per meter menjadi Rp5.500per meter. Dalam sehari, rumah industrinya memerlukan satu hingga dua kuintal pandan, serta puluhan meter kain. Bahan-bahan ini diperoleh dari Tasikmalaya.

Berdasar pengalaman, setiap ada kenaikan harga BBM,  usaha kerajinan yang hasilnya dikirim ke berbagai kota di Indonesia itu selalu goyah.

“Selalu terjadi goncangan karena biaya produksi naik, tetapi penjualan tetap, dan kami tidak bisa menaikkan harga jual produk,” ujarnya.

Pengusaha kerajinan Murakabi Craft Dusun Sadang, Desa Tanjungharjo, Pargono, menambahkan pengusaha kerajinan kesulitan menaikkan harga jual produk, meskipun harga bahan baku naik. “Kalau kami naikkan harga jual, nanti pembeli bisa lari. Daripada kehilangan pembeli, lebih baik kami mengurangi keuntungan, yang penting usaha tetap berjalan,” jelasnya.
Padahal, selain kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga BBM juga akan diikuti kenaikan ongkos kirim barang. Ia menyebutkan dalam seminggu sekali, ia selalu mengirim 10 boks barang kerajinan berupa tas ke Bali. Ongkos kirim saat ini Rp65.000 per boks. Ia memperkirakan jika harga BBM premium naik menjadi Rp6.000 per liter, maka ongkos kirim akan menjadi Rp85.000 per boks.

Lebih lanjut, ia berharap Pemerintah tidak menaikkan harga BBM, karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha yang memiliki 80 karyawan itu. “Kami khawatir jika terjadi krisis maka harus mengurangi karyawan. Dampaknya adalah pengangguran bertambah,” tandasnya.(sun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya