SOLOPOS.COM - Prof.Prijono Tjiptoherijanto (kiri) dan Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnarki (kanan) saat menjadi pembicara di acara Bedah Buku 'Pro dan Kontra Pak Harto' karya 14 eks wartawan istana yang digelar di Auditorium Gedung Rektorat Lantai III Kampus I Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Rabu (9/6/2015) pagi. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Bedah buku kali ini mengungkap fakta-fakta di balik pemerintahan Soeharto.

Harianjogja.com BANTUL-Melalui buku berjudul ‘Pro dan Kontra Pak Harto’ yang resmi mereka luncurkan sejak 8 Juni lalu, Persatuan Wartawan Istana (PEWARIS) bermaksud kembali membangun pencitraan terhadap presiden RI ke-2 itu.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Melalui acara bedah buku yang digelar di Auditorium Gedung Rektorat Lantai III Kampus I Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Rabu (9/6/2015) pagi, PEWARIS seolah ingin menunjukkan fakta tersembunyi terkait Soeharto. Melalui tulisan dari 14 mantan wartawan istana periode 1966-2008, mereka ingin menunjukkan fakta yang biasa mereka saksikan dari sosok Soeharto.

“Khususnya untuk bidang ekonomi dan politik,” ungkap editor buku tersebut, Koos Arumdani saat ditemui di sela acara.

Untuk itu, dalam bedah buku tersebut, pihaknya sengaja mengundang dua orang narasumber, yakni Prof.Prijono Tjiptoherijanto dan Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnarki. Menurutnya, paradigma generasi pemuda telah banyak dibelokkan oleh sejarah terhadap Soeharto. Melalui buku setebal
600 halaman itu, pihaknya ingin membuka wawasan generasi pemuda terhadap perjalanan Soeharto dalam memimpin bangsa ini.

“Menurut saya, fakta-fakta tentang Soeharto banyak yang dibelokkan dengan kepentingan kelompok tertentu,” belanya.

Tak hanya itu, ia juga menuturkan program Soeharto semasa menjadi presiden tentunya tak bisa dikontekstualkan dengan kondisi Indonesia saat ini. Menurutnya, program-program itu sengaja dirancang untuk merespon kondisi Indonesai ketika itu.

“Jadi jangan digebyak uyah,” tegasnya.

Kendati begitu, ia membantah jika buku itu hanya dimaksudkan untuk memperbaiki citra Soeharto saja. Di beberapa tulisan dalam buku tersebut, juga terungkap fakta baru yang menunjukkan kelemahan Soeharto sebagai presiden.

“Jadi menurut saya, ini bukan pencitraan semata,” ucapnya.

Oleh sebab itu, buku ‘Pro dan Kontra Pak Harto memberikan ruang selebar-lebarnya bagi pembaca untuk mengambil sikap. Dirinya mempersilakan pembaca untuk berpihak atau justru semakin menempatkan Soeharto dalam citra yang buruk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya