SOLOPOS.COM - Siswa siswi SD Seropan dan SMP Muhammadiyah 2 Dlingo terpaksa belajar di tenda darurat karena sekolah mereka masuk dalam zona merah rawan longsor, Jumat (5/1/2018). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilakukan di tenda darurat bukannya tanpa kendala

 
Harianjogja.com, BANTUL–Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilakukan di tenda darurat bukannya tanpa kendala. Hal itulah yang dirasakan 70 siswa siswi SMP Muhammadiyah 2 Dlingo yang terpaksa belajar di halaman Masjid Al Amin, Dusun Seropan, Desa Munthuk, Kecamatan Dlingo.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Baca juga : Kegiatan Belajar SD Seropan Digelar di Tenda, Velly Kepanasan tapi Senang

Mereka mulai pindah ke lokasi tersebut sejak Rabu (3/1/2018) lalu karena sekolah mereka juga terancam longsor.

Berdasarkan pantauan Harianjogja.com di lapangan, ada dua tenda darurat yang digunakan untuk tiga kelas. Kelas tujuh dan delapan digabungkan dalam satu tenda yang dibagi menjadi dua menggunakan triplek. Sedangkan kelas sembilan dalam satu tenda tersendiri karena harus lebih fokus untuk belajar.

Wakil Kepala Sekolah SMP Muh 2 Dlingo, Mugi Satoto menuturkan sejak pindah ke lokasi darurat tersebut, pihaknya menghadapi kendala cuaca. Apalagi kini tengah musim penghujan dengan cuaca yang sulit diprediksi.

Saat panas, suhu dalam tenda meningkat. Sedangkan saat turun hujan, seringkali siswa siswi yang sedang belajar dalam kelas terkena tampias hujan. “Kalau deras banget sangat mungkin sekolah dibubarkan lebih awal,” katanya, Jumat (5/1/2018).

Padahal siswa kelas 9 akan segera menghadapi tes pendalaman materi (TPM) pada awal Februari mendatang. Dengan KBM yang kurang kondusif seperti saat ini, ia khawatir nilai siswa siswinya akan turun pada UNBK di Mei mendatang.

Oleh sebab itu, ia berharap segera ada solusi atas permasalahan ini. Menurutnya Pemdes telah bersedia untuk menyediakan lahan relokasi di lokasi TK dan PAUD yang kini menjadi tempat darurat.

Tetapi itu juga bukan tanpa kendala, jika semua direlokasi di lokasi itu, ia menganggap suasana menjadi tidak kondusif. “Kan ada standar minimal lokasi sekolah. Kalau dijadikan satu tidak cukup,” imbuhnya.

Namun sementara ini, Mugi menambahkan dalam waktu dekat pihak yayasan akan membangunkan shelter darurat dari bambu di halaman rumah warga. Menurutnya kini yayasan sedang menyiapkan bambu untuk rangka shelter darurat. “Mungkin sekitar setengah hingga satu bulan lagi sudah siap,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya