SOLOPOS.COM - Tanah longsor di Dusun Jelok RT 02 RW 03 Watugajah Gedangsari pada Rabu (9/11/2016) malam. (Foto istimewa Dokumen BPBD Gunungkidul)

Bencana Gunungkidul diantisipasi dengan pemasangan peringatan longsor

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul melakukan pemasangan rambu-rambu peringatan longsor di zona rawan. Pemasangan ini dilakukandengan tujuan untuk meminimalisir kerugian saat terjadi bencana.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul Sutaryono mengungkapkan, pemasangan papan peringatan dilakukan secara berkala. Untuk tahun ini ada sekitar 50 papan yang dipasang dan disebar di sejumlah titik mulai dari kawasan pantai hingga kawasan perbukitan yang padat penduduk.

“Semua sudah terpasang. Mudah-mudahan papan ini dapat memberikan manfaat,” kata Surtaryono kepada Harianjogja.com, Jumat (20/1/2017).

Dia menjelaskan, pemasangan papan peringatan ini salah satunya untuk mengurangi risiko bencana. Sutaryono tidak menampik, jika papan yang terpasang masih belum memadai, namun harapannya dapat memberikan manfaat, terutama untuk meningkatkan kewaspadaan warga akan bahaya longsor.

Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan, zona rawan longsor di Gunungkidul terdapat di enam kecamatan, meliputi Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong. Selain itu potensi longsor juga terjadi di sepanjang pantai di pesisir selatan. “Untuk itu, papan yang kami pasang tidak hanya di perbuktikan, tapi juga di kawasan pantai,” katanya.

Dia mengungkapkan, selain memasang papan tanda bahaya, untuk meminimalisir BPBD juga melakukan pemasangan alat deteksi dini longsor (early warning system). Sampai saat ini, alat yang terpasang ada di 63 titik yang tersebar di zona rawan.

Kepala Pelaksana BPBD Budhi Harjo mengungkapkan, upaya kesiapsiagaan bencana tidak hanya dengan cara memasang EWS atau papan peringatan bahaya. Namun, kegiatan lain juga dilakukan dengan memperbanyak desa siaga bencana atau pun sekolah siaga bencana.

“Kesiapsiagaan ini sangat dibutuhkan, sehingga saat terjadi musibah maka masyarakat tanggap dan risiko yan ditimbulkan bisa diminimalisir,” katanya.

Menurut dia, masyarakat tidak akan pernah tahu kapan terjadinya bencana. Namun hal itu bisa disikapi dengan terus waspada terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi, terutama masyarakat yang tinggal di daerah rawan.

“Cara ini bisa dilakukan dengan mengamati lingkungan sekitar, misal melihat kondisi di sekitar perbukitan. Selain itu kewaspadaan juga harus ditingkatkan saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi,” katanya.

Berdasarkan data dari BMKG, potensi cuaca ekstrem di Gunungkidul diperkirakan terjadi hingga akhir Januari. Untuk itu, Budhi mengingatkan agar warga masyarakat terus waspada terhadap potensi musibah mulai dari angin kencang, tanah longsor atau pun banjir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya