SOLOPOS.COM - HArianJogja/Gigih M. Hanafi Siswa menangis saat mengikuti simulasi penanganan bencana banjir dan tanah longsor di kawasan SD Bangunrejo 1 dan 2, Jogja, Kamis (4/6). Tujuan simulasi di karenakan lokasi SD terletak di wilayah rawan bencana serta peresmian SD Negeri Bangunrejo sebagai Sekolah Siaga Bencana oleh walikota Jogja.

Bencana Kulonprogo mengancam di musim hujan, dan mitigasi bencana sudah diajarkan di sekolah-sekolah

Harianjogja.com, KULONPROGO- Mitigasi bencana pada anak-anak usia sekolah dianggap jadi salah satu solusi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat tangguh bencana.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Program pengurangan resiko bencana tak hanya dilakukan pada masyarakat dewasa, namun juga pada masyarakat usia sekolah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo mempraktikkannya dengan memberikan pelatihan simulasi bencana di beberapa sekolah.

Terhitung hingga Desember 2015 ini sudah lebih dari 20 sekolah yang mendapatkan pelatihan simulasi bencana antara lain MTS Muhammadiyah Wates, SD 1 Pengasih, SMP 1 Temon, dll. “Sejak masuk musim setelah ujian, kami mengadakan simulasi bencana di beberapa sekolah,” ujar Untung Waluyo, Kepala BPBD Kulonprogo, belum lama ini.

Kegiatan simulasi bencana di sekolah-sekolah ini merupakan salah satu fungsi dari BPBD sebagai institusi yang mempersiapkan masyarakatnya menghadapi bencana. Meski demikian, kegiatan ini bukanlah program yang sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari sebelumnya.

Kegiatan yang dilakukan selama beberapa waktu terakhir dilakukan bertepatan dengan masa seusai ujian sekolah. Siswa sekolah dipilih karena dinggap berada di usia yang produktif untuk menyerap pengetahuan baru mengenai mitigasi bencana ini.

Terlebih lagi, memberi pengetahuan mitigasi bencana pada anak-anak usia sekolah dianggap akan membuat pengetahuan ini berfungsi lebih lama dibandingkan pada usia-usia dewasa. “Paling tidak entah kapan anak-anak ini akan teringat soal mitigasi bencana ini,” ujar Untung.

Mitigasi bencana pada anak usia sekolah memiliki tantangan tersendiri, khususnya dalam hal membuat anak-anak tersebut tertarik materi. Umumnya, siswa-siswa ini akan lebih tertarik pada praktik simulasi bencana dibandingkan dengan pemaparan materi.

“Diberi pemahaman juga bagaimana bencana itu terjadi, setelah itu bagaimana menyikapinya,” jelas Untung.

Ia juga menguraikan jika dalam pelaksanaannya pihak BPBD juga meminta guru-guru sekolah terkait untuk ikut serta dalam pelatihan ini. Harapannya jika nanti terjadi bencana guru-guru ini akan dapat mengarahkan dan membimbing murid-muridnya dalam menghadapi bencana yang terjadi.

“Nanti jika gurunya tidak paham malah murid-muridnya yang celaka,” ujar Untung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya