SOLOPOS.COM - Ilustrasi bencana tanah longsor. (Rima Sekarani/JIBI/Harian Jogja)

Bencana Kulonprogo mengancam berupa retakan tanah di kawasan saluran irigasi Talang Bowong

Harianjogja.com, KULONPROGO–Retakan tanah yang sempat merusak saluran irigasi Talang Bowong di Desa Banjararum akhir tahun lalu masih terjadi hingga kini.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Kendati intensitasnya tak sebesar saat itu, retakan tanah tersebut secara perlahan merusak beberapa infrastruktur desa. Bahkan sejumlah retakan tanah baru terjadi di beberapa titik.

Hal itu diakui oleh Kepala Dusun Klepu, Desa Banjararum, Kalibawang Darman. Diakuinya, sejak peristiwa ambrolnya saluran Talang Bowong itu, retakan-retakan tanah baru mulai bermunculan.

“Sampai-sampai dari retakan itu terlihat jalur retakannya ke arah mana,” katanya saat ditemui di Kantor Balai Desa Banjararum, Kamis (23/3/2017).

Salah satu titik retakan baru yang muncul ada di halaman rumahnya sendiri. Padahal, sebelumnya, retakan hanya terjadi di teras rumahnya saja. “Tapi sekarang halaman rumah saya, lantainya juga pecah-pecah,” imbuhnya.

Retakan lainnya, Darman menambahkan, banyak terjadi di pekarangan milik warganya. Beberapa titik di lahan sawah, diakuinya banyak mengalami penurunan antara 2-3 sentimeter.

Kondisi lebih parah juga terjadi di Pedukuhan Popohan, Desa Banjararum, Kalibawang. Di pedukuhan tersebut, pergerakan tanah juga menyebabkan kerusakan pada akses jalan desa.

Kepala Dukuh Popohan, Sunar menjelaskan, lapisan corblok di sepanjang jalan desa yang menghubungkan Pedukuhan Klepu, Mejing, dan Popohan tampak pecah. Namun, ia mengklaim titik rekahan terbanyak ada di jalan yang berada di wilayah Pedukuhan Popohan.

Tak hanya itu, ia pun mengaku, beberapa pekan lalu, retakan baru terjadi di rumah Aris Ariyanto, salah satu warganya yang berada di RT 97 RW 49. Ia menilai kerusakan di rumah Aris itu terbilang parah. “Sayangnya, ketika saya usulkan untuk menerima bantuan, dia menolak,” katanya.

Terpisah, Kepala Desa Banjararum Warudi menjelaskan total panjang jalan desa yang terkena dampak pergerakan tanah itu mencapai 1,4 kilometer, membentang di tiga pedukuhan, yakni Klepu, Mejing, dan Popohan.

Sementara dari total 70 hektarE lebih lahan milik desa yang terkena dampak pergerakan tanah itu, ia mengaku hingga mencapai 5 hektar. Di lahan itu, diakuinya Warudi terdapat dua bangunan, yakni SD Mejing dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Banjararum.

Meski begitu, pihaknya belum menganggarkan perbaikan jalan desa itu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Dikatakannya, tahun ini hanya ada 4 titik jalan yang akan diperbaikinya dengan dana yang bersumber dari APBDes. Keempat titik itu masing-masing ada di Pedukuhan Blumbang, Kemesu, Blonjang, dan Ngipikrejo I.

“Anggarannya mencapai ratusan juta rupiah. Untuk yang terkena dampak pergerakan tanah, kami tunggu aktivitas alam itu agak stabil, baru kami ajukan ke Pemkab [Kulonprogo] dan Pemda [DIY],” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya