SOLOPOS.COM - Ilustrasi antraks (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Penularan penyakit antraks di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, diduga karena warga mengonsumsi bangkai sapi positif antraks. Ternyata mengonsumsi sapi yang mati mendadak itu sudah menjadi kebiasaan warga setempat.

Kepala Dukuh Jati, Yulianus Sugeng Ariyanto, mengatakan pembelian sapi yang mati mendadak karena sakit sudah dilakukan sejak lama dan itu menjadi inisiatif warga bukan permintaan pemilik sapi yang mati. Pembelian sapi mati itu merupakan bentuk solidaritas warga.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

“Kalau di sini, memang kalau ada sapi yang mati mendadak karena sakit itu lalu warga bersolidaritas membantu dengan menyembelih lalu dikonsumsi bersama. Sapi yang mati itu dihargai untuk meringankan beban yang punya, jadi tidak gratis tapi memang sukarela,” jelas dia, Rabu (5/7/2023).

Sugeng menceritakan kebiasaan itu memang sudah sejak lama berlaku di tempatnya. Bagi warga setempat, lanjut dia, sapi itu seperti tabungan. Sehingga saat sapi mati, berarti tabungannya hilang.

“Sejak simbah buyut dari lama seperti itu, di sini sapi itu seperti tabungan kalau di Jawa kan rajakaya. Kalau mati kan berarti tabungannya hangus, supaya tidak hangus banget dibantu, jadi bukan permintaan pemilik sapi yang mati tapi memang solidaritas saja,” katanya.

Diketahui, pada Mei 2023 ada empat ekor sapi mati mendadak di Dukuh Jati. Empat ekor sapi itu kemudian dibeli dan dikonsumsi.

“Semuanya lalu dibeli warga dan dikonsumsi, ada juga yang tidak ikut konsumsi. Bebas saja semuanya suka rela tidak ada yang memaksa,” kata dia.

Sugeng menyebut hampir 85% warga di Dukuh Jati mengonsumsi bangkai sapi tersebut.

Setelah mengonsumsi daging sapi yang ternyata positif antraks itu, satu orang meninggal dunia positif antraks dan dua orang lainnya meninggal dengan status suspek antraks.

Saat ini, kata dia, masih ada satu warga Jati yang dirawat di RSUD Wonosari. Satu orang ini memiliki gejala antraks, seperti ada bintik merah di kulitnya dan tangannya bengkak.

“Kami terus berkoordinasi dengan keluarganya, infonya keadaannya sehat tapi tangannya bengkak dan ada bintik merah di kulitnya, kalau demam sudah mereda,” jelas dia.

Sugeng menyebut satu orang yang dirawat tersebut mulai dibawa ke rumah sakit sejak dua hari lalu.

“Kami belum dapat info diagnosis dokter pada warga kami ini, tapi yang bersangkutan memang mengonsumsi daging sapi yang sudah meninggal sebelum disembelih seperti korban positif antraks,” katanya.

Sedangkan Lurah Candirejo Renik David Warisman menyebut pihaknya akan mengawal kasus ini hingga warga dinyatakan negatif antraks.

“Kami akan mendampingi sampai semuanya sehat dan nol kasus, ini jadi pembelajaran bersama agar lebih berhati-hati,” ucapnya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul 1 Warga Bergejala Antraks Dirawat di Rumah Sakit di Gunungkidul

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya