SOLOPOS.COM - Kegiatan Memasak Saoto di event Diaspora (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Diaspora Jawa di luar negeri tetap melestarikan kuliner khas tetapi yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

Harianjogja.com, JOGJA — Para diaspora Jawa yang tinggal di Malaysia dan Singapura memamerkan hidangan khasnya masing-masing pada Jumat (21/4/2017). Demonstrasi memasak ini bertujuan mencari tahu perkembangan masakan Jawa di kedua negara tersebut.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Baca Juga : Para Diaspora Merasakan Jejak Nenek Moyang di Petilasan Watu Gilang

Indrata Kusuma Prijadi, Ketua panitia Javanese Diaspora Event III mengatakan orang Jawa pada masa penjajahan dikirim ke berbagai negara. Dengan dikirimnya orang Jawa, imbuhnya, otomatis masakan Jawa juga ikut tersebar. Karena itu pihaknya ingin mencari tahu apakah masakan Jawa di negara-negara tujuan para buruh Jawa telah berubah atau tetap sama.

“Ada banyak yang berubah, contoh suriname. Karena banyak bumbu-bumbu yang tidak ditemukan disana. Tapi gaya Jawanya masih ada. Contohnya soto, disana dibikin sauto. Kaledonia baru ada soun, tapi keras dan tebal banget. Harus di rebus selama lima jam,” kata Indrata Kamis (20/4/2017).

Karena banyak bumbu yang tidak ada di negara-negara tersebut maka, menurut Indrata, masakan Jawa cenderung menjadi lebih manis.

“Bumbu disesuaikan karena mereka sudah besar disana. Mereka biasanya mau yang tidak terlalu pedas.”

Hari itu ada dua masakan yang dimasak oleh ibu-ibu dari Malaysia dan Singapura dengan dibantu seorang chef. Masakan tersebut adalah sambel goreng pengantin khas Singapura dan lele penyet khas Malaysia.
Menurut Sukiman Sarmani, warga negara Malaysia, lele penyet Malaysia dan Indonesia berbeda. Ia mengatakan lele penyet di Indonesia berupa lele goreng yang dihidangkan dengan sambal, tapi lele penyet Malaysia adalah lele yang dibakar dan kemudian di siram santan yang terdiri dari bumbu sere, kencur, lada putih dan sebagainya.

Sukiman menambahkan, masakan Jawa di Malaysia mengalami sedikit perubahaan karena beberapa bumbu tidak  bisa ditemukan.

“Mengalami perubahaan dari bahan baku, misal daun salam. Di Indonesia daun salam banyak, kalau di sana tidak ada. Flavour daun salam jadi tidak ada lagi,” kata pria keturunan Kendal ini.

Sementara itu, menurut Sulami, seorang warga negara Singapura, masakan Jawa di Singapura tidak mengalami banyak perubahan.

“Di sana tidak banyak berubah karena para orang tua makannya harus sama seperti dengan yang di Jawa. Yang penting bagi orang Jawa di sana, kalau makan harus ada tempe, tahu, dan santen,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya