SOLOPOS.COM - Suasana festival durian Menoreh di Dusun Bendo, Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo, Minggu (2/3/2014). (JIBI/Harian Jogja/Switzy A Sabandar)

Liburan akhir pekan sejauh lebih dari 300 kilometer kali ini menjadi pengalaman berkesan perempuan asal Surabaya ini. Rencana awalnya, hanya ingin bersantai di Jogja mengunjungi kakak tercinta yang tinggal di Jalan Tamansiswa. Namun, ketidaksengajaan membawanya datang ke rest area Pasar Bendo di Dusun Bendo, Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo, Minggu (2/3/2014).

Ini pertama kalinya Arifa Kiswarida, demikian nama perempuan berkerudung itu, menghadiri Festival Durian Banjaroya. Sekalipun acara yang dinanti maniak durian ini sudah tiga kali diselenggarakan di lokasi sama sejak 2012.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

“Dikasih tahu saudara,” ujarnya menjelaskan asal mula informasi yang diperolehnya.

Rasa penasaran dan ingin tahu memenuhi benaknya hingga diputuskan mendatangi lokasi festival. Kondisi jalan padat merayap yang membuat antrean mobil mengular hingga 500 meter pun tidak dipedulikannya. Baginya, mencicipi durian Menoreh, yang konon katanya memiliki rasa luar biasa, tercapai.

Akan tetapi, perempuan berusia 30 tahun ini tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. “Memang sih acaranya menarik, tetapi…,” ia menghentikan ucapannya tiba-tiba. “Saya lebih suka durian Sumatera,” lanjutnya cepat.

Saat ditanya alasannya, Arifa hanya bilang soal selera. Kendati demikian, ia mengacungkan dua jempolnya jika durian Menoreh dibandingkan dengan durian lainnya di Jawa.

Mirip dengan perempuan asal Kota Pahlawan, durian Banjaroya juga menarik minat pengunjung asal ibukota. Sudi Bramono mengaku pernah mendengar festival durian di Kulonprogo. Hanya saja ia tidak pernah tahu pasti waktu penyelenggaraannya.

“Kebetulan saya sedang di Jogja dan ada teman yang memberitahu hari ini ada festival durian,” ungkap laki-laki kelahiran 39 tahun silam ini.

Saat di lokasi ia takjub dengan ribuan durian yang menumpuk dan seperti menggodanya. Sayang, laki-laki bertubuh kurus ini kurang paham cara memilih durian yang baik. Akibatnya, ia hanya asal membeli durian yang ditunjuk seorang temannya. “Waktu dibuka ternyata tidak ada isinya,” ujarnya penuh sesal.

Karena tidak ingin kecewa untuk yang kedua kalinya, ia pun kembali membeli dan menyuruh penjual durian untuk memilih buah yang baik. Saat ditanya soal rasa, ia menjawab cepat, “Mantap.”

Rokhmadu Inuhayi, yang berperan sebagai koordinator Festival Durian Banjaroya, menjelaskan, sebenarnya jadwal festival kali ini mundur jika dibandingkan tahun sebelumnya. Biasanya diadakan pertengahan Februari, akan tetapi kali ini baru terealisasi awal Maret.

Alasannya, abu vulkanik dari erupsi Gunung Kelud beberapa waktu lalu sempat membuat sebagian durian lebih cepat matang.

“Sengaja waktu diundur supaya durian yang matang awal sudah habis dulu, dan yang disediakan di festival ini durian yang baik,” terang laki-laki yang akrab disapa Madoen ini.

Jika dibandingkan festival sebelumnya, pengunjung pada 2014 jelas meningkat. Pada festival pertama, jumlah pengunjung hanya berkisar 1.500 orang, sementara tahun lalu sekitar 3.500 orang, dan tahun ini diperkirakan mencapai 5.000 orang.

Jumlah durian yang disediakan dalam festival kali ini mencapai 7.000 buah dari berbagai varian, Menoreh lokal maupun Menoreh Kuning. Harga yang dipatok bervariasi, mulai dari Rp20.000 (lokal) dan minimal Rp50.000 (tipe Kuning dan Jambon).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya