JOGJA—Biaya berinvestasi di Jogja dinilai tidak efisien lantaran harga tanah yang cukup tinggi. Kondisi ini berpengaruh pada minat investor untuk menanamkan modalnya di Jogja. Sebanyak 63% dari total investasi hanya habis untuk membayar tanah.
Bank Indonesia (BI) DIY mencatat Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara investasi dengan output yang dihasilkan di Jogja masih tinggi. ICOR Jogja tercatat mencapai angka enam yang berarti untuk menghasilkan output investasi senilai Rp1 miliar investor harus mengeluarkan biaya Rp6 miliar.
Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo
“Standarnya itu tiga. Malah lebih baik lagi kalau untung Rp1 miliar biaya investasi Rp1 miliar,” terang Fadhil Nugroho Peneliti Ekonomi BI, Senin (7/8).
Kondisi itu membuat investor harus menunggu lama untuk mencapai balik modal. Padahal semakin cepat modal kembali (break event point/BEP), bakal makin cepat dilakukan pengembangan investasi.
“Lambat investasinya. Padahal kalau BEP sudah kembali beberapa tahun gitu, mungkin dia akan menghasilkan yang lebih tinggi lagi,” terangnya.(ali)