SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Biennale Jogja XIV Equator #4 ingin mengambil peran sebagai sebuah ajang yang ingin mengembalikan manusia menjadi manusia

Harianjogja.com, JOGJA--Di saat sosio politik negeri ini dipenuhi oleh kekisruhan, tipu daya, ujaran kebencian, korupsi dan semacamnya, Biennale Jogja XIV Equator #4 ingin mengambil peran sebagai sebuah ajang yang ingin mengembalikan manusia menjadi manusia.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

“Itu mungkin berlebihan, tapi kami ingin mengambil peran untuk mengembalikan fungsi manusia. Tidak pura-pura, jujur dan sebagainya. Di situ esensinya. Bagaimana ilmu pengetahuan yang dihasilkan dalam ajang ini berorientasi pada kemanusiaan,” ucap Direktur Biennale Jogja XIV Equator #4, Dodo Hartoko saat berkunjung ke Kantor Redaksi Harian Jogja, Jumat (13/10/2017).

Ia melanjutkan, Biennale bukanlah perhelatan yang semata-mata hanya mengagungkan sisi estetik kemudian menafikan ilmu pengetahuan. Dodo mengatakan ajang dua tahunan itu selalu berusah memproduksi ilmu pengetahuan, dalam artian menciptakan dialog antara seniman dengan ruang-ruang publik yang ada.

Ilmu Pengetahun yang dihasilkan, ucapnya, tentulah harus berorientasi pada kemanusiaan karena itu adalah hakikat semuanya. Tanpa kemanusiaan, hal-hal di dunia akan berjalan buruk.

Kampus yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu, katanya, kemudian menjadi tempat dimana kapitalisme merajalela dan dosen-dosennya pun seringkali mengambil jalan pintas dalam tugas yang seharusnya tetap mulai. Menurutnya, jika perguruan tinggi berlandaskan kemanusiaan hal tersebut tak akan terjadi.

“Apakah akan berhasil atau tidak. Kami bisa belajar lagi jadi lebih baik dalam ajang berikutnya. Intinya jalan dulu, nanti terus dievaluasi. Bienalle bukan tentang hasil tapi tentang proses,” ucapnya.

Sebagaimana diketahui, Biennale Jogja XIV Equator #4 akan mengahadirkan 27 seniman Indonesia dan 12 seniman Brasil. Tahun ini hajatan tersebut mengangkat tema Stage of Hopelessnes (baca : Age Of Hope). Tema tersebut dipilih karena Biennale Jogja XIV Equator #4 hendak menjawab persoalan ketidakpastian hidup yang telah membuat kita tidak berani untuk berharap karena kenyataan semakin sulit untuk dipahami.

Tema utama itu akan direspon dalam empat program utama yakni, Festival Equator yang berlangsung dari tanggal 10 Oktober- 2 November 2017; Main Exibition yang berlagusng dari tanggal 2 November-10 Desember.

Rencananya, acara utama tersebut akan dibuka oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf; Parallel Events (28 Oktober-3 Desember); dan Biennale Forum (4 November-7 Desember).

Pada kesempatan yang sama, tim Biennale Forum, Rio Raharjo menyebut narasi keberanian untuk berharap terdiri dari tiga bagian besar, yaitu Organizing Chaos yang menjadi tema Festival Equator, Stage Of Hopelessness untuk tema Main Exhibition dan Parallel Events serta Managing Hope sebagai tema Biennale Forum.

“Organizing Chaos adalah kumpulan kekacuan yang tertata. Kami ingin menghadirkan kesadaran baru pada masyarakat lewat beragam kejadian yang tidak lumrah di ruang-ruang publik,” ucapnya.

Setelah muncul kesadaran baru, sebutnya, kemudian masuk pada tahap afirmasi atau peneguhan terhadap apa yang diyakini. Kemudian afirmasi tersebut akan dibawa kepada Main Exhibitions yang mengangkat tema Stage Of Hopelessness.

“Dari situ Biennale Forum mengambil posisi sebagai ruang diskusi dalam ranah pengelolaan harapan. Biennale Forum berusaha menjahit semua aspirasi dan kegelisahan lewat berbagai kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Istilahnya itu adalah sintesis dalam mengelola harapan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya