SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan (Rachman/JIBI/Bisnis)

Bisnis Properti DIY dianggap belum menggembirakan

Harianjogja.com, JOGJA-Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melihat kondisi bisnis properti di DIY pada 2016 ini belum menggembirakan.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Masyarakat dinilai masih menahan uangnya untuk berinvestasi unit hunian karena kondisi ekonomi dipandang belum membaik sepenuhnya.

Salah satu pengurus Real Estate Indonesia (REI) Ilham Muhammad Nur mencoba membandingkan penjualannya pada trimester pertama 2016 terhadap 2015.

“Jelas turun. Dari Januari sampai April ini baru terjual dua. Kalau dibandingkan tahun lalu, 2016 ini turunnya sampai 50 persen,” ujar pengusaha properti yang menjual rumah dengan harga di atas Rp500 juta ini, Senin (16/5/2016).

Saat kondisi seperti ini, pengembang dapat melakukan beberapa strategi. Pertama dengan menjual stok rumah yang dimiliki. “Kami bisa jual stok atau persediaan tapi bukan menjual satuan tapi keseluruhan atau take over,” kata Ilham di kantornya Jl. Nogobondo No.9 Gembiraloka Jogja.

Dalam keanggotaan REI sendiri, setidaknya ada 20% anggota yang melakukan langkah ini guna menyelamatkan usahanya. Langkah take over ini dapat dilakukan dengan pihak di luar REI.

Cara lainnya bisa dilakukan dengan memperbesar porto folio di bank. “Ini dilakukan agar usahanya tetap jalan meski risikonya adalah marginnya berkurang,” lanjut Ilham.

Meski margin berkurang, setidaknya pengembang tidak banyak menanggung rugi karena harga properti akan terus naik dari tahun ke tahun. Saat properti tidak laku, harganya akan tetap naik. Menurut Ilham hal ini menjadi keunggulan bisnis properti karena tetap dapat mempertahankan harga jual tinggi.

“Kita juga ada yang melakukan Joint Operation atau JO. Teman yang punya modal menggandeng teman yang punya stok. REI luar Jogja sudah banyak yang menempuh cara ini,” kata Ilham.

Pihaknya melihat, jika stimulus yang diberikan pemerintah melalui beberapa paket kebijakan tidak direalisasikan hingga tingkat kabupaten/kota maka akan semakin mempersulit bisnis properti di DIY.

“Misalnya stimulus soal perizinannya yang dipermudah, bunga single digit, penurunan suku bunga. Bank sudah terapkan tapi sektor real belum merasakan,” pungkasnya.

Sementara itu, pengembang yang menjual rumah di bawah harga Rp500 juta, Sugiyatna, mengaku kondisi ekonomi yang lemah tidak banyak berdampak pada perusahaannya.

Direktur Pengembangan dari PT Panji Adi Properti ini menangkap sisi positif ketika pengembang konsen pada pengerjaan rumah di bawah harga Rp500 juta.

“Buktinya saat ini kami masih mampu menjual semua unit di  tiga perumahan di daerah Sleman yaitu di Jumeneng Mlati, Sucen Sleman, dan Ngangkrik Sleman,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya