SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Bisnis properti DIY lesu

Harianjogja.com, JOGJA—Target suplai hunian oleh DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY masih jauh untuk tercapai. Tidak menutup kemungkinan, REI DIY akan mengoreksi target yang sudah ditetapkan.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Ketua DPD REI DIY Nur Andi Wijayanto mengungkapkan, capaian suplai hunian untuk 2016 baru tercapai 20% per Mei. REI DIY menargetkan bisa menyuplai hunian sebanyak 2.200 unit pada 2016.

“Kita akan melihat sampai dengan akhir September 2016 ini untuk menentukan sejauh mana koreksi akan kita setting,” kata dia kepada Harianjogja.com, baru-baru ini.

REI DIY juga melihat adanya perlambatan harga properti karena permintaan dari pasar yang masih stagnan. Hal itu membuat harga jual juga stagnan seperti yang terjadi saat ini. Andi mengungkapkan, kondisi itu masih akan tetap bertahan sampai akhir tahun 2016 ini.

“Kecuali ada lonjakan seperti misalkan dana repatriasi atas program amnesti pajak melampaui target atau prediksi yang ada,” kata dia.

Ia menjelaskan, khusus untuk dampak dari dana repatriasi akan terasa di sektor properti residential secara keseluruhan pada 2017. Adapun dasar prediksi tersebut adalah postur dan asumsi RAPBN 2017 dan kondisi harga komoditas yang juga masih stagnan.

Sementara itu, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY menunjukkan pertumbuhan harga properti di DIY pada triwulan II 2016 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Deputi Kepala KPw BI DIY Hilman Tisnawan mengatakan, hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia mengindikasikan harga properti melambat.

Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2016 yang melambat baik secara triwulanan maupun secara tahunan. IHPR tercatat tumbuh sebesar 0,18% quarter to quarter (qtq) dan 1,60% year on year (yoy). Hal itu menunukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan harga triwulan sebelumnya yang mencapai 0,28% qtq dan 2,03% yoy.

“Berdasarkan tipe rumah. Kenaikan harga rumah terendah terjadi pada rumah tipe besar yaitu 1,49 persen, sedangkan rumah tipe menengah mengalami kenaikan harga paling tinggi yaitu 1,69 persen,” kata dia.

Hilman menjelaskan, penggunaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi sumber pembiayaan dominan bagi konsumen dalam pembelian properti residensial dengan suku bunga rata-rata 9% hingga 11,57%. Sementara itu, dari sisi pengembang, dana internal masih menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan residensial.

“Pada triwulan III 2016 peningkatan harga properti residensial diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2016,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya