Jogja
Selasa, 10 Januari 2017 - 19:20 WIB

BISNIS PROPERTI DIY : REI DIY Bakal Sasar Segmen Menengah Bawah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan murah (JIBI/Solopos/Antara)

Bisnis properti DIY tahun ini diperkirakan belum membaik

Harianjogja.com, JOGJA–Kondisi perlambatan ekonomi yang masih membayangi 2016 dan 2017, membuat realisasi suplai rumah oleh anggota DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY di bawah target yang ditetapkan untuk 2016.

Advertisement

Kondisi 2017 diperkirakan tidak jauh berberda sehingga REI akan lebih menyasar segmen pasar middel-low (menengah ke bawah).

Ketua DPD REI DIY Nur Andi Wijayanto mengatakan, pada 2016 REI DIY menargerkan suplai rumah di DIY sebanyak 2.200 unit. Namun, kondisi perlambatan ekonomi membuat para anggota kesusahan mencapai target tersebut.

Pada semester I 2016, suplai rumah REI DIY hanya di bawah 500 unit. “Realisasi di bawah target 2016. Untuk jumlah riilnya, masih kami rekap,” ungkap dia, Senin (9/1/2017).

Advertisement

Andi mengungkapkan, untuk 2017 REI DIY berasumsi situasinya tidak akan jauh berbeda dengan 2016. Hal itu didasarkan pada target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3%, inflasi pada 4+-1 pada 2017, serta melihat realisasi 2016 di mana pertumbuhan ekonomi 5,06% (mendekati 5,01%).

“Hanya saja, kalau pada 2016 lebih banyak wait and see, untuk 2017 di mana situasi perlambatan ekonomi msh akan terasa, langkah-langkah realisasi project akan dijalankan dengan strategi yang berbeda dan cukup hati-hati atau istilah kami dealing with this uncertainty,” tutur dia.

Adapun salah satu strategi yang berbeda adalah dalam menentukan sasaran segementasi dan harga produk di tengah kondisi ekonomi yang masih melambat. Pada 2017, REI DIY akan lebih menyasar segmen menengah ke bawah.

Advertisement

Penentuan segmentasi itu didasarkan data pada 2016 hingga September yang menunjukkan penurunan atau koreksi negatif berada di segmen harga Rp500 juta ke atas. Adapun koreksi negatif mencapai 30% hingga 40%.

Sementara itu, hunian dengan harga di bawah Rp500 juta, khususnya Rp300 juta ke bawah menunjukkan kondisi yang lebih resilien dan lebih stabil. “Dan memang tantangan dari segmen ini adalah manajemen pengelolaan lahannya,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif