SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembangunan perumahan (Paulus Tandi Bone/JIBI/Bisnis)

Bisnis properti di Jogja lebih ramai pada penjualan tanah daripada perumahan

Harianjogja.com, JOGJA-Tanah lebih diminati daripada rumah. Konsumen lebih berminat membeli tanah dibandingkan rumah karena konsumen dapat mengatur desain bangunan rumah sesuai selera.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Hal ini dikatakan salah satu penjual tanah dan rumah Andry Setiawan kepada Harianjogja.com, Senin (2/5/2016). Ia menjual dagangannya melalui online dan juga iklan di media cetak, salah satunya di Harian Jogja.

Dari iklan yang ia pasang didominasi para konsumen yang membeli tanah. “Kalau beli rumah mungkin orang nggak sreg [cocok] dengan desain yang ditawarkan tapi kalau tanah bangun sendiri kan bisa sesuai selera,” kata dia, Senin (2/5/2016).

Meski tanah terus naik, tampaknya hal ini tidak mempengaruhi konsumen untuk menyisihkan sebagian besar pendapatannya untuk membeli tanah. Ia memberikan contoh, harga tanah di ibukota kabupaten Sleman atau di kawasan Denggung, Beran, dan sekitarnya mencapai Rp800.000 per meter persegi.

Harga yang tinggi juga sudah terjadi di daerah Ngaglik utara yang lokasinya jauh dari jalur utama Jalan Kaliurang. Kemarin, kata Andry, ia menjual tanah di daerah itu dengan harga Rp600.000 per meter persegi. Dari proses transaksi yang ia jalani selama ini, tidak sedikit pembeli tanah yang berasal dari luar Jogja.

“Di daerah Punthuk Sukoharjo Ngaglik itu tinggi karena yang beli rata-rata dari luar. Tapi kalau yang beli dari Jogja pun harganya tidak jauh berbeda karena pemilik tanah sekarang sudah pintar, mereka membandingkan harga dengan tempat lain,” tandasnya.

Menurut penuturannya, banyak konsumen yang mencari tanah di atas luasan 100 meter persegi. Konsumen mencari tanah yang cukup luas untuk mendirikan bangunan rumah plus tempat parkir mobil.

Untuk pasar rumah sendiri banyak konsumennya yang mencari rumah seharga kisaran Rp200-Rp300 juta. “Kalau di atas Rp350 juta itu agak susah [penjualannya],” ujar dia.

Penjual tanah yang lain Arso mengatakan, harga tanah di lahan produktif akan lebih tinggi. “Kalau di daerah zona merah seperti Turi itu jarang yang cari. Yang cepat di daerah Ngaglik dan Ngemplak [Sleman] karena lahannya bagus,” kata pria yang menjalani profesi penjualan rumah dan tanah secara independen ini.

Ia mengakui jika prospek penjualan tanah masih sangat menjanjikan. Terutama tanah yang berlokasi di luar ibukota kabupaten dan lokasinya berdekatan dengan pemukiman dan perguruan tinggi.

Dari lahan tanah yang ia jual, kebanyakan dibeli investor untuk dibangun rumah dan dijual kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya