SOLOPOS.COM - Petugas kepolisian dari Unit Vice Control (VC), Subdit Remaja Anak dan Wanita (Renakta), Ditreskrimum Polda DIY, tengah melakukan patroli dunia maya untuk memantau aktivitas prostusi online, Kamis (9/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Harianjogja.com, SLEMAN-Waktu, uang, dan kesabaran sangat dibutuhkan dalam mengungkap kasus prostitusi online. Polisi harus tekun mengamati target yang dibidik agar tidak lepas. Bagaimana ceritanya? (Baca Juga : BISNIS PROSTITUSI ONLINE DIY : Mahasiswa S2 Jadi Mucikari Online)

Polda DIY pekan lalu menangkap dua germo online. Keberhasilan itu tak dicapai dengan mudah. Tak jarang, petugas harus memantau Blackberry Messenger (BBM) atau memelototi layar monitor seharian penuh untuk memantau perkembangan transaksi mereka yang rata-rata mencapai 10 kali. Kesabaran mereka berbuah ketika Unit Vice Control (VC), Subdit  Remaja Anak dan Wanita (Renakta), Ditreskrimum Polda DIY mampu menangkap seorang mahasiswa S2 fakultas hukum di  salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja berinisial MMP dan satu rekannya yang masih remaja, yakni NES.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Perburuan itu diawali ketika polisi mengumpulkan personal identification number (PIN) Blackberry Messenger (BBM) melalui patroli dunia maya sampai mendapatkan PIN milik tersangka MMP. Saat PIN didapat, komunikasi petugas dengan tersangka, yakni MMP alias Onge pun berjalan lancar. Onge mengirim sejumlah gambar perempuan yang dia tawarkan. Lantaran keterbatasan komunikasi visual melalui BBM, tersangka akhirnya bersedia memberikan akun pribadi Facebook yang menjadi lahan promosinya sebagai germo.

“Di Facebook banyak gambarnya, dan setiap gambar [wanita] itu ada PIN BB-nya tersangka,” ungkap Vice Control (VC), Subdit  Remaja Anak dan Wanita (Renakta), Ditreskrimum Polda DIY, Kompol Zulham Effendi Lubis, Kamis (9/10/2014).

Setelah peminat bisa mengontak tersangka melalui Facebook dan BBM, tersangka masuk perangkap. MMP diminta mengirimpan perempuan yang dia tawarkan. Transaksinya di hotel berbintang. Pelaku, kata Kompol Lubis, berasumsi setiap penyewa hotel kelas tinggi memiliki banyak uang. Persoalan duit inilah yang kerapkali menjadi kendala bagi polisi yang melakukan penyelidikan. Ketika semuanya disepakati, klien si germo dan pekerja seks yang ditawarkan bertemu. Namun, germo kadang seolah-olah tidak mengenal perempuan yang sudah ditawarkan.

“Mereka hanya melalui dunia maya, jadi tersangka ini kadang tidak mengenal perempuan yang mereka tawarkan,” ujar Lubis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya