SOLOPOS.COM - Amigita tertidur ditemani ibunya, Sularmi (HARIAN JOGJA/ARIEF JUNIANTO)

Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja

Amigita tertidur ditemani ibunya, Sularmi (HARIAN JOGJA/ARIEF JUNIANTO)

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Air mata menetes dari kedua mata Sularmi, 34, saat dia mulai menceritakan kondisi putrinya, Amigita Prasekti yang masih berusia satu tahun.

Dengan suara terisak dan sesekali tangannya mengusap keringat di kening putrinya yang masih terlelap, istri Gianto, 41, seorang buruh tani itu mengatakan, sejak April 2011 lalu, dia  mengetahui putrinya ternyata tak memiliki liang vagina seperti pada umumnya bayi perempuan lain.

Sejak melahirkan Amigita pada 14 Januari 2011 lalu, dia mengaku tidak tahu ada kelainan di kelamin putrinya. Ketika hendak membersihkan sisa buang air kecil di kelamin putrinya barulah ia tahu adanya keanehan. “Di bawah lubang kencing, tidak ada lubang vaginanya,” ujar warga RT 3/02 Pedukuhan 1 Suko Penganti,  Tayuban, Panjatan Kulonprogo itu.

Sularmi kemudian memeriksakan putrinya ke RSUD Wates. Namun lantaran keterbatasan peralatan, putrinya kemudian dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito Jogja.

Beruntung, ketika itu dia masih memiliki Jaminan Kesehatan Sosial (Jamkesos), sehingga biaya penanganan putrinya ditanggung pemerintah. “Saya enggak berani lihat sendiri. Saya tidak tega,” ucapnya menjelaskan bagaimana tim dokter RSUP Dr.Sardjito melubangi kemaluan putrinya menggunakan sinar laser.

Usai operasi, muncul harapan di benak ibu muda yang sehari-harinya juga bekerja sebagai buruh tani itu. Sayangnya, sejak itu, kondisi fisik putrinya justru sering terganggu. Amigita harus menjalani beberapa kali opname di RSUD Wates lantaran anemia.  “Gejalanya tubuhnya panas tinggi. Sampai 39 derajat,” tuturnya.

Anemia itulah yang hingga kini diderita putrinya. Hingga saat ini, nyaris tak ada dokter di RSUD Wates yang mengetahui hubungan antara kelainan fisik yang diderita putrinya dengan anemia itu.

Tak berhenti sampai di situ, Sularmi kini juga tengah kebingungan karena seharusnya Januari 2012 lalu  dia harus kembali membawa putrinya itu ke RSUP Dr.Sardjito untuk operasi laser tahap kedua. Tapi karena pihak rumah sakit menyatakan Jamkesos yang dimilikinya tak lagi berlaku, upaya itu kini hanya menjadi mimpi.

Sularmi mengaku, saat ini yang dia khawatirkan hanya masa depan Gita. Dia tak bisa membayangkan, bagaimana masa depan anaknya jika nanti harus hidup sebagai perempuan tanpa liang vagina.  “Yang saya takutkan kalau anak saya nantinya tidak bisa punya keturunan,” ujarnya kembali meneteskan air mata.

Kini, dengan kondisi putrinya yang seperti itu, ditambah dengan tidak lagi berlakunya kartu Jamkesos dan Surat Keterangan Tanda Miskin (SKTM) yang dimilikinya, dia hanya bisa mengharap uluran dan belas kasihan dari orang lain.  “Jujur, sebisanya saya tidak ingin meminta bantuan orang lain,” ucapnya sambil menahan air mata.

Mamik Slamet Raharjo, Kepala Desa Tayuban berjanji akan mengupayakan bantuan untuk Amigita, baik dari pemerintah, maupun dari warga sekitar.

Diakuinya, untuk 2012 ini, memang tak ada satu pun warganya yang mendapatkan jatah asuransi penjaminan kesehatan dari Pemprov DIY. “Kami akan cari jalan lain,” ujarnya. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya