Jogja
Rabu, 13 Juli 2011 - 09:28 WIB

Bowo Saputra, blantik junior dari Ponjong

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Bowo Saputra, 9, bocah asal Dusun Keboan, Desa Gombang Kecamatan Ponjong ini sangat antusias dengan sapi. Di dalam pasar Siyonoharjo, Logandeng Playen, Minggu (10/7) ia begitu menikmati turut menjadi blantik bersama ayahnya Sakim, 57. Bowo, nama sapaan, ia bukan sekedar ikut-ikutan orangtuanya masuk ke dalam pasar hewan tersebut. Tetapi lebih dari itu, bocah yang saat ini naik ke kelas IV SD ini tak hanya dekat dengan sapi, tapi turut mondar mandir menawarkan seekor sapi beserta peranakannya.

Sang ayah, Sakim, yang sudah bertahun-tahun menjadi blantik melakukan lobi dengan calon pembeli, di sana Bowo memandang sembari memegang sapi yang akan dijualnya. Aktivitas Bowo yang masih kecil tergolong jarang berani dilakukan oleh anak seumurnya.

Advertisement

Sebagian besar anak-anak merasa takut jika memegang sapi karena tidak mampu menjinakkannya. Tetapi Bowo merasa begitu dekat dengan raya kaya itu. Ia pun tak ingin jika orangtuanya merugi dalam berjualan, seakan benaknya sudah memahami bagaimana untung rugi dalam berdagang sapi.

“Digowo mulih le nuku ra main soale [mau dibawa pulang saja karena dibeli dengan murah jadi rugi]. Sudah lama ikut ke pasar hewan, biasane nek liburan [biasanya kalau liburan pasti ikut],” ujar Bowo sambil memegang cambuk sapinya saat ditemui Harian Jogja, di pasar hewan Siyonoharjo, Minggu (10/7).

Pernyataan lugu dari anak seusia dia sekaligus menegaskan betapa masyarakat Gunungkidul tak bisa lepas dari Sapi. Meski ketika ditanya soal hobi, Bowo tidak enggan menjawab secara jujur tapi nalurinya sudah kuat dengan jual beli sapi karena kondisi lingkungan keluarganya.

Advertisement

“Senang karena biasa dapat duit,” imbuh bocah yang bersekolah di SD Gombang Ponjong ini.

Sementara Ayah Bowo, Sakim menjelaskan ia tidak bermaksud mengajak dan membebani anaknya pergi berjualan sapi. Tetapi keinginan Bowo sendiri sangat kuat untuk mengikuti jejaknya. Setiap kali liburan dan Sakim akan berjualan sapi, maka anaknya sellalu ikut. Kedekatannya dengan sapi ia tunjukkan sejak setahun ini, saat di rumah, kata Sakim, anaknya selalu member makan sapi-sapi hasil kulakannya serta memandikannya.

“Di pasar hewan Munggi, Pakel, Patuk, ambarketawang ikuti terus dia. Kalau di rumah memandikan dia sudah biasa, dia tahu bagaimana caranya membuat simpul dalam mengikat sapi agar tidak lari dan jinak,” terangnya.(Wartawan Harian Jogja/Sunartono)

Advertisement

HARJO CETAK

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif