SOLOPOS.COM - Sejumlah guru di Kulonprogo berdiri di dekat rekahan, yang tak jauh dari Sekolah Dasar Negeri Sukomoyo, Jatimulyo, Rabu (18/10/2017). Apabila hujan turun dengan intensitas tinggi dan drainase di dekat sekolah tak segera diperbaiki, maka rekahan tersebut akan semakin besar dan berpotensi longsor. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Masyarakat diimbau peka tanda alam.

Harianjogja.com, KULONPROGO— Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo mengimbau masyarakat untuk lebih peka terhadap tanda alam menyusul adanya potensi bencana tanah longsor dan banjir, saat memasuki musim penghujan. Di Kulonprogo sedikitnya terpantau 66 desa yang rawan terkena bencana.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo Gusdi Hartono mengatakan, BPBD selalu berupaya untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, mengenai potensi bencana yang kemungkinan muncul di wilayah mereka masing-masing. Memasuki akhir Oktober, Kulonprogo sudah memasuki musim hujan, sehingga masyarakat harus bersiap siaga memerhatikan lingkungan mereka, terutama bagi yang tinggal di titik-titik potensi bencana longsor dan banjir.

Menurut dia, masyarakat tidak bisa menumpukan harapan kepada Early Warning System (EWS) sebagai alat peringatan dini bencana. Masyarakat lebih baik memahami beragam tanda-tanda seperti besaran rekahan tanah, aliran air yang merembes di tebing serta curah hujan, sebagai peringatan dini. Pasalnya, secanggih apapun EWS yang ada, bisa saja pada suatu waktu EWS tidak akan berfungsi secara maksimal. Misalnya mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa berbunyi ketika terjadi bencana.

Selain itu, berdasarkan kajian yang dilakukan, ditemukan bahwa ada kemungkinan kawasan yang terpasang EWS, tidak mengalami bencana, melainkan bencana terjadi di wilayah yang tak memiliki EWS. “Dengan mengamati perubahan tanda-tanda alam, masyarakat mengetahui langkah awal yang harus diambil,” ujarnya, Kamis (19/10/2017).

Gusdi menambahkan, terdapat 66 desa potensi bencana, tapi tidak semua ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Namun desa-desa tersebut telah diberi sosialisasi kesiapsiagaan menghadapi bencana. Selain itu, BPBD juga tetap siaga 24 jam, baik sumber daya manusia dan peralatan, untuk menanggulangi bencana.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kulonprogo Hepy Eko Nugroho mengatakan, jajarannya saat ini juga banyak melakukan pengecekan ke lokasi-lokasi yang potensi terjadi bencana, baik tanah longsor, pohon tumbang dan banjir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya