SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Seluruh sukarelawan yang tergabung dalam berbagai komunitas itu dipastikan on call selama 24 jam.

 

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

 

Sukarelawan, petugas BPBD, bersiap mengevakuasi ratusan pendaki Gunung Merapi, Minggu (1/11/2015). Langkah itu dilakukan karena terjadi kebakaran hutan di kawasan Merapi. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Sukarelawan, petugas BPBD, bersiap mengevakuasi ratusan pendaki Gunung Merapi, Minggu (1/11/2015). Langkah itu dilakukan karena terjadi kebakaran hutan di kawasan Merapi. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, SLEMAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menyiagakan 1.500 personel sukarelawan untuk mengantisipasi terjadinya bencana selama musim hujan. Seluruh sukarelawan yang tergabung dalam berbagai komunitas itu dipastikan on call selama 24 jam.

Pada awal musim hujan sudah muncul sejumlah bencana. Tiga unit mobil terbawa arus di Kali Kuning, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Senin (14/12/2015) malam. Satu unit diantaranya baru berhasil dievakuasi Selasa (15/12/2015) pagi. Kemudian pada Rabu (15/12/2015) petang, rumah milik Kartinah, 35, di Karanggeneng RT01/RW29 Purwobinangun, Pakem disambar petir. Akibatnya atap rumah asbes hancur dan instalasi listrik terbakar. Korban dilarikan ke RS Panti Nugroho karena genderang telinganya pecah.

Kabid Kedaruratan BPBD Sleman Makwan menjelaskan, untuk kerusakan rumah akibat disambar petir di Pakem, saat ini dalam proses perbaikan. “Korban ingin mengganti dengan genteng, kami baru koordinasi untuk memberikan bantuan nanti tergantung kerusakan,” ungkapnya kepada Harian Jogja, Rabu (16/12/2015).

Makwan mengakui, memasuki musim hujan hampir semua jenis bencana patut diwaspadai di seluruh kecamatan wilayah Sleman. Mulai dari petir, angin puting beliung, banjir, hingga longsor. Oleh karena itu seluruh masyarakat diimbau untuk waspada.

Ia mencontohkan, untuk kasus petir, dalam berbagai peristiwa kerap terjadi di lingkungan yang terdapat sesuatu pohon atau bangunan yang tinggi sebagai titik menjalarnya arus listrik. “Seperti pohon kelapa dan antena, itu harus diwaspadai untuk petir,” kata dia.

Banjir sejumlah sungai yang berhulu di Merapi juga harus diwaspadai agar peristiwa di Purwomartani, Kalasan tak terulang lagi. Ia mengimbau kepada penambang agar segera menghentikan aktifitasnya jika di kawasan Merapi cuacanya terlihat mendung. Alasannya, hal itu pertanda hujan sedang berlangsung di lereng Merapi dan berpotensi menimbulkan banjir lokal yang tak banyak disangka masyarakat. “Banjir itu datangnya pasti tiba-tiba, apalagi jika di bawa kelihatan cerah atas mendung itu perlu diwaspadai,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya