SOLOPOS.COM - Ilustrasi obat (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

BPJS Kesehatan mempengaruhi bisnis apotik.

Harianjogja.com, SLEMAN – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah mengubah dunia kesehatan di Indonesia. Kini masyarakat dapat menjangkau semua lapisan masyarakat, khususnya masalah obat.

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

Melalui program JKN pemerintah mengatur agar obat dapat dijangkau dengan daya beli masyarakat. Karena itu, obat generik dengan harga murah menjadi primadona dalam pelayanan BPJS kesehatan. Kebijakan ini rupanya berpengaruh pada aktor-aktor lain dalam pelayanan kesehatan, termasuk pelaku industri farmasi.

Dosen Fakultas Farmasi UGM, Sampurno mengatakan lewat BPJS Kesehatan harus memasukkan obat generik. Jika dirupiahkan maka margin dari apotik hanya sekitar Rp5.000 per resep.

“Dengan pola pikir ini membuat apotik mengalami penurunan omzet berkisar antara 20% hingga 60%,” kata Sampurno seperti dalam rilis Harianjogja.com belum lama ini.

Sementara itu, dengan pengadaan obat sektor pemerintah melalui e-catalog, pedagang besar farmasi lokal kehilangan captive market. Akibatnya, ribuan pedagang besar sekarang ini matisuri.

“Pengadaan obat yang berfokus pada obat generik dalam jumlah besar membawa perubahan besar pada pasar farmasi Indonesia. Dampaknya misalnya, apotik kehilangan konsumen, pedagang besar farmasi kehilangan pasar Rumah Sakit, sementara industri farmasi mengalami minus pertumbuhan karena harus beroperasi low price dan low margin,” tambah Sampurno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya