SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, JOGJA-Jogja Never Ending Asia, branding (merek) untuk ‘menjual’ wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta yang banyak ditemui di sudut kota bakal diubah menyesuaikan semangat keistimewaan DIY.

“Selama ini branding itu hanya untuk kompetisi wisata dengan negara lain, namun karena sudah ada Undang-undang Keistimewaan maka di rebranding,” ujar Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY di sela- sela acara Rapat Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran di Hotel Ina Garuda, Rabu (23/4/2014).

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Jogja Never Ending Asia dibuat oleh Pemilik Markpus Inc (perusahaan marketing) Hermawan Kartajaya. Ketika diubah, Sultan mengusulkan agar makna Jogja Renaissance dan ruh Sabdatama Raja tertuang dalam branding baru tersebut. “Sehingga branding Jogja itu tidak hanya untuk publik, tetapi juga pemerintahan,” ujarnya.

Renaissance merupakan bagian dari visi misi Gubernur dalam menyambut Keistimewaan DIY. Sentral Renaissance itu untuk melahirkan peradaban baru yang unggul dengan menghasilkan manusia utama.

Sultan menyebutnya Jalma Kang Utama berazas rasa Ketuhanan, kemanusiaan dan keadilan. Wujud Renaissance dituangkan dalam sembilan bidang strategis di antaranya meliputi pendidikan, pariwisata, teknologi, ekonomi, energi pangan, kesehatan, dan tata ruang lingkungan.

Misinya yang diunggulkan itu salah satunya adalah berorientasi pembangunan dengan mengedepankan pembangunan di pesisir dan menjadi laut selatan sebagai pintu gerbang DIY.

Dalam rapat itu, Hermawan sempat diberi waktu untuk mensosialisasikan desain branding baru tersebut. Salah satu pilihannya adalah masih mempertahankan huruf J dengan garis lurus di atas yang lebih besar seperti pada Jogja Never Endi Asia sekarang, karena sebagai lambang payung atau Sultan sebagai pengayom (Hamenayu Hayuning Bawana).

Pada tubuh huruf J itu bewarna kuning keemasan sebagai simbol warna Kraton, sedangkan pada garis lurus dan atasnya bewarna merah, sedangkan pada huruf O-G-J-A bewarna putih sebagai simbol bendera kebangsaan Indonesia.

Adapun renaissance itu tercermin pada total garis sketsa garis Jogja yang berjumlah sembilan. “Jogja harus berani mengatakan bahwa Jogja The Spirit of Indonesia karena punya Sabdatama dan renaisance,” kata Hermawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya