SOLOPOS.COM - Tim Jibom Datasemen Gegana Polda DIY sedang menata bahan peledak sebelum diledakkan di posko, Dusun Soko, Desa Pulegundes, Kecamatan Tepus, Selasa (26/11/2013). (JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Ribuan bahan peledak teridiri dari granat, mortir dan amunisi diledakkan (disposal) Tim Penjinak Bom (Jibom) Datasemen Gegana Brimob Polda DIY di Dusun Soko, Desa Pulegundes, Kecamatan Tepus, Selasa (26/11/2013).

Bahan peledak hasil temuan warga sejak 2010 lalu itu sebagian besar masih aktif yang terdiri dari 25 mortir, 89 granat dan 2.400 amunisi, diduga hasil peninggalan perang dunia kedua.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Benda-benda tersebut di antaranya berbentuk granat nanas, manggis dan granat opensif. Ada juga mortir berukuran besar, sedang dan kecil, yang di antaranya hasil penemuan dari area Benteng Vredeburg Jogja, beberapa waktu lalu.

Peledakan dilakukan di lokasi yang jauh dari pemukiman. Petugas Jibom memasang garis polisi sampai radius 500 meter, sejumlah petugas beberapa titik juga disebar untuk menghalau agar tidak mendekati area peledakan.

Dari ribuan bahan peledak, Tim Jibom melakukan peledakan secara bertahap. Bahan peledak diletakkan dalam dua lubang tanah sedalam 1,2 meter. Setelah bahan peledak dimasukkan kedalam lubang kemudian dihubungkan dengan alat detonator menuju posko yang berjarak sekitar 300 meter.

Setelah bahan peledak siap diledakkan, Tim Jobom yang mengenakan pakaian rompi anti peluru memberikan aba-aba kepada warga dengan hitungan mundur dari lima. Tim yang berada di posko pun menekan tombol disusul ledakan yang cukup keras. Suara ledakan sampai terdengar hingga radisu lebih dari satu kilomter.

Kepala Detasemen Gegana Brimob Polda DIY Ajun Komisaris Besar Maryono mengatakan, bahan peledak sengaja dilakukan untuk menghindari bahaya. Selama ini bahan peldak tersebut disimpan di gudang Markas Brimob.

Banyaknya bahan peldak, sehingga upaya peledakan membutuhkan waktu sampai Jumat (29/11/2-13) mendatang. “Granat penemuan warga sipil sejak 2010 ini kita lakukan disposal karena berbahaya,” kata dia.

Menurut Maryono, Gunungkidul sengaja dipilih untuk memusnahkan bahan peledak karena lokasinya mendukung seperti banyak bukit sehingga tidak membahayakan baik bagi petugas maupun bagi masyarakat.

Sebab, ledakan granat terutama granat ukuran besar serpihan ledakan bisa sampai radius satu kilometer. “Dengan banyaknya bukit dan jauh dari pemukiman tingkat fragmentasi hasil peledakan dirasa aman,” ucap Maryono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya