Jogja
Jumat, 18 Januari 2013 - 21:30 WIB

Budaya Malu Bisa Membuat Kondisi Aman

Redaksi Solopos.com  /  Esdras Ginting  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

JOGJA—Mengangkat disertasi berjudul Jengah dan Transformasi Nilainya Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali pada Ujian Terbuka Program S3 hari ini di lantai. 3, Gedung PAU, UGM, I Putu Sastra Wingarta mencoba mengangkat transformasi budaya malu pada pemerintah.

Advertisement

“Jengah dalam konteks budaya merupakan semangat menumbuhkan inovasi dan bangkit dari keterpurukan serta memiliki sifat-sifat dinamik yang menjadi pangkal segala perubahan dalam kehidupan masyarakat. ”Dalam Bahasa Sansekerta disebut Hrih yang berarti memiliki rasa malu,” jelas Wingarta dalam rilisnya, Jumat (18/1/2013).

Sesuai ajaran agama Hindu yang terekspresi menjadi nilai-nilai budaya Bali, nilai jengah mengajarkan masyarakat Bali (Hindu) malu berbuat atau terpuruk dalam kubangan adharma, suatu yang harus diyakini oleh masyarakat Bali (Hindu).

“Penelitian ini bertujuan mengetahui lebih jauh bagaimana transformasi nilai-nilai jengah (malu) berlangsung dan menjadi praktik good governance serta praktik nasionalisme di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Bali,” lanjutnya.

Advertisement

Sebagai salah satu tujuan wisata dunia, Bali menghadapi persoalan bagaimana menjaga citra agar tetap kondusif dan berdampak pada bagaimana keberlangsungan Bali di masa mendatang. Transformasi jengah dalam praktik pemerintahan merupakan salah satu prasyarat terciptanya kondisi yang aman sehingga Bali kontemporer dapat menghadapi berbagai tantangan.

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci : Aman Budaya Malu
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif